Apa ya rasanya pacaran itu?
Wah, aku sungguh ingin merasakan pacaran. Aku sih, udah sering merasakan jatuh
cinta. Tapi? Hmm, tapi, sampai saat ini, sampai detik ini aku belum pernah tuh
ngerasa deg-deg-an di depan cowok. Bukan karena aku nggak normal atau aku sudah
sering berhadapan dengan cowok. Maksud disini adalah nggak ada seorang
cowok-pun yang berhadapan denganku untuk menyatakan cinta. Jadi, aku nggak tahu
bagaimana rasa deg-deg-an ketika seorang cowok menyatakan cintanya padaku. Aku belum
pernah. Emang naas nasibku ini. Pacaran oh pacaran. Jangankan menolak,
dinyatakan aja nggak pernah. Jangankan dinyatakan, disukai aja nggak pernah.
Apakah aku terlalu jelek ataukah aku terlalu cantik hingga lelaki pada minder
dengan aku? Ayolah, sekali saja nyatakan cinta padaku. Aku –Nadira Astari– merasa
sebagai cewek paling sial yang pernah hidup. Aduh, kenapa aku jadi tidak
bersyukur begini sih? Gara-gara ingin pacaran!
***
"Nadira. Aku sayang
kamu. Aku tahu aku jahat udah buat kamu menunggu. Percayalah, aku hanya mencari
waktu yang tepat untu menyatakan cinta. Maukah kamu jadi pacarku?" ujar
seorang cowok berlutut di hadapanku.
Wajahku bersemu merah. Aku
senang sekali mendengar ungkapan perasaan yang tak pernah aku dengar
sebelumnya. Aku ingin berteriak. Ternyata, beginilah rasanya dinyatakan cinta
pada seorang lelaki. Sungguh membuatku melayang. Akhirnya, aku merasa normal.
"Gimana, Nad? Apa aku
bisa menjadi teman hidupmu?" tambahnya.
Hah? Kata-katanya membuat
aku meleleh. Aku hanya terpaku dan terdiam. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa.
Lidah ini terasa semakin kelu.
Aku semakin terdiam ketika
wajahnya mulai mendekat padaku. Keringat dingin membasahi punggungku. Wajahnya
terus mendekat padaku hingga jarak kami benar-benar semakin dekat. Napasku semakin
berat, aku pejamkan mata ini dan aku merasakan ada yang menyentuh dibibirku.
Tiba-tiba ada yang memanggil namaku dari kejauhan sehingga membuat aku membuka
mata.
"Nadira! Lagi belajar
malah tidur! Mimpi apa kamu, hah? Bibir dimaju-majuin," ujar guruku.
Waduh! Jadi, aku mimpi? Aku
merasa malu dan yang lebih memalukan lagi, yang nempel dibibirku adalah
penghapus papan tulis. Otomatis bibirku hitam dengan sukses karena penghapus
yang menempel. Semua teman sekelasku menertawakan diriku yang sudah blepotan
bekas penghapus.
"Cuci muka dan kembali
ke kelas! Fokus belajar!" Ujar guruku kesal.
Aku minta izin ke toilet.
Aku kaget ketika melihat di kaca toilet di setitar bibirku hitam karena
penghapus yang ditempelkan guruku tadi di kelas.
Argh, sial! Gara-gara pengen
banget ada yang menyatakan cinta, aku sampe bermimpi ditengah-tengah pelajaran
fisika. Alangkah noraknya aku ini. Aku mengumpat diriku atas kelakuan bodoh
yang aku alami di kelas tadi. Sungguh-sungguh memalukan! Image-ku semakin
jatuh, gimana mau disukai oleh lawan jenis, lha, aku aja senorak itu. Udah pada
ilfeel duluan sepertinya.
Aku kembali ke kelas dan
disambut dengan tawaan teman-teman sekelasku. Aduh, mereka emang paling demen
jika ada temennya yang sial. Senang amat kali menertawakan aku. Objek yang pas
untuk dijadikan hot news sepertinya.
Aku abaikan tawaan mereka dan fokus belajar. Nadira, kamu sukses membuat malu
diri sendir. Gara-gara pengen pacaran!
***
Aku bener-bener kebelet
pacaran! Aduh, aku ingin sekali ada yang menyatakan cinta untukku. Hanya ingin
tahu rasa deg-deg-an dan kejutan dari seseorang yang jatuh cinta padaku. Tapi,
hanya angan belaka sepertinya. Aku tidak habis akal, akhirnya, aku berusaha
mulai dari ikut acara ekspose nomor di radio lokal, add facebook cowok, dan
follow twitter cowok. Semoga ada yang nyantol satu. Aku sudah pasang PP di
facebook dan ava di twitter dengan pose yang paling unyuk dan menggemaskan.
Tapi, sampai detik ini belum ada yang benar-benar ingin mengenalku. Aduh,
segitu susahnya hanya untuk dinyatakan cinta. Aku mulai depresi. Apa aku
terlalu jelek? Kolot? Atau meresahkan? Ampun deh!
Aku lupakan masalah
pernyataan cowok. Aku benar-benar merasa hopeless. Sudah seminggu aku tidak
uring-uring ingin pacaran. Ingin ada yang menyatakan cinta padaku. Semuanya telah
aku kubur. Sebal!
Aduh, besok ulangan fisika.
Akhir-akhir ini kelas X-5 sering banget ngadain ulangan masal. Ayolah,
bapak-ibu guru, beri kami jeda dalam berulangan. Jangan bareng-bareng gitu
dong. Pahamilah kami wahai bapak-ibu guru.
Mataku terus melototin buku fisika yang tebelnya sejibun. Tiba-tiba handphone-ku berdering. Nomor yang tidak aku kenal ada di layar hape-ku. Aku mengerutkan keningku dan segera aku tekan tombol answer.
Mataku terus melototin buku fisika yang tebelnya sejibun. Tiba-tiba handphone-ku berdering. Nomor yang tidak aku kenal ada di layar hape-ku. Aku mengerutkan keningku dan segera aku tekan tombol answer.
"Halo?"
Tidak ada yang menjawab dari
seberang telpon dan kemudian bunyi suara "tut
tut tut" tanda telpon unconnection.
Buset dah, nggak ngerti orang lagi belajar ya? Aku letakkan hape di kasurku.
Baru duduk dan membuka buku,
tiba-tiba hape-ku berbunyi kembali. Ah! Siapa sih? Aku mau ulangan loh besok!
Nomor tadi menelpon-ku. Aku sungguh males mengangkatnya. Pasti hanya misscalled seperti tadi. Jadi, aku
abaikan saja telpon dari orang nggak jelas itu dan kembali fokus belajar. Tapi,
hape-ku terus berdering dan membuyarkan semua ke-fokus-an-ku dalam belajar.
“Fine! Kamu menang!” ujarku
sambil berjalan menuju kasuku dan meraih hape-ku.
“Halo?”
“Iya, halo. Ini Nadira ya?”
tanya seseorang dari seberang sana .
Suara cowok. Wah. Kok bisa?
“Iya, aku
Nadira. Ini siapa ya? Kok tahu nomor aku?” tanyaku bingung.
“Aku Kevin. Aku
tahu nomor kamu dari facebook-mu,”
Hah? Dari
facebook-ku? Hmm, sepertinya aku ingat bahwa aku telah mencantumkan nomor
hape-ku di facebook. Aduh, seharusnya aku girang gitu ada yang menghubungiku.
Tapi, ini timing-nya kurang pas.
Jadi, aku merasa nggak antusias.
“Ada perlu apa? Aku sedang
belajar. Besok aja ya ngobrolnya,” ujarku.
“Oh, maaf
ganggu. Aku nggak tahu,”
“Sekarang udah
tahu, kan ?
Besok aja ya. Bye,” ujarku sambil mematikan hape.
Ah! Sudah pukul
10:00. Tapi, belum ada satu materi-pun yang nyangkut di otakku. Aduh, bagaimana
ini? Aku pusing. Aku kembali melanjutkan pelajaran dengan otak sisa dan kantuk
yang sudah menyerang mata. Tanpa terasa aku merasa lelah dan ketiduran.
***
Ulangan fisika. Wish me luck. Aku sudah siap berangkat
sekolah dan aku teringat dengan cowok bernama Kevin yang menelponku semalam.
Pagi ini dia mengirim pesan singkat yang berbunyi “Selamat pagi Nadira. Sukses buat ulangannya :)”
Aku merasa darah
ini berdesir ketika membaca sms tersebut. Perasaan senang menyelimuti diriku
dan aku menjadi lebih bersemangat datang ke sekolah. Apakah ini yang dinamakan cinta pada sebuah sms? Oh, aku tidak
perduli. Intinya, hari ini aku ulangan fisika! Ulangan fisika ini membuat aku
setress! Aku terkadang heran dengan teman-teman yang lain yang begitu antusias
ingin masuk jurusan IPA ketika kelas XI nanti. Argh, bisa botak aku kalau masuk
jurusan IPA. Yang begini aja udah bikin aku frustasi.
Lembar soal
mulai dibagikan. Aduh, esay semua soalnya. Bener-bener menjajah! Aduh, aku
pusing! Semua yang telah aku pelajari semalam tidak ada yang aku ingat. Aku
malah ternginga dengan suara Kevin. Suaranya yang lembut dan sapaan pagi yang
begitu manis yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya. Aku merasa melayang.
Adu, otakku
benar-benar kacau! Baru dua dari delapan soal yang aku jawab. Ini ada apa sih
dengan otakku? Benar-benar nggak bisa fokus dengan soal-soal ini. Jamur-jamur
cinta sudah merasuki otakku. Bagaimana ini bisa terjadi?
***
Aku melupakan
ulangan fisika tadi. Terserah deh hasilnya mau seperti apa. Intinya aku sudah
maksimal mengerjakannya. Lupakan masalah ulangan. Aku sedang online facebook
dan twitter di rumah sambil ditemani jus strawberry yang aku beli di ujung
kompleks. Tiba-tiba hape-ku berdering. Ntah, dalam hati aku ingin sekali Kevin
yang menelponku. Dan benar saja. Kevin yang menelponku dengan cepat aku tekan
tombol answer.
“Hai. Gimana
ulangan tadi? Lancar?” tanyanya dari seberang telpon.
“Hmm, lancar
kok. Ya, tetap saja pusing,” jawabku.
Kami sudah larut
dalam obrolan di telpon. Dia Kevin sekolah di SMAN 12 berbeda denganku. Dia
merupakan cowok yang asyik diajak bicara. Begitu perhatian. Aku merasa terbuai
olehnya. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Aku merasa terbang ke
langit ke tujuh. Suara lembutnya yang membuat jantungku berdegup kencang.
Inikah rasanya?
Semakin lama aku
merasa nyaman dengan dia. Tapi, hubungan kami masih berlanjut lewat sms atau
facebook-an. Belum bertemu. Tapi, itu sudah membuat aku merasa melayang.
Perhatiannya yang membuat aku merasa istimewa. Inikah rasanya?
Aku pikir sudah
waktunya bertemu. Aku tidak ingin menjalin hubungan tanpa bertemu apalagi dia
juga satu daerah denganku hanya berbeda sekolah. Pasti mudah untuk bertemu. Dia
belum menyatakan cinta padaku. Aku juga tidak ingin dia menyatakan cinta lewat
sms atau lewat telpon. Aku ingin bertemu dengannya dan dia nyatakan cinta.
Pasti rasa deg-deg-annya lebih terasa.
Setelah membuat
kesepakatan, kami akan bertemu pada malam Minggu nanti di komplek rumahku. Aku
semakin merasa jantung ini lebih sering berdendang dari biasanya. Inikah
rasanya?
***
Malam Minggu
telah datang dan waktunya aku bertemu dengan Kevin. Aku menerka-nerka rupanya
seperti apa. Pasti dia tampan setampan suaranya. Jantung ini terus berdegup
kencang. Aku melihat penampilanku dari kaca lemariku. Perfect! Pasti dia akan terpesona denganku.
Aku sudah
menunggu di taman komplek. Lumayan ramai taman komplek jika malam minggu. Jadi,
aku tidak perlu takut dengan suasana malam. Dari kejauhan aku melihat cowok berkaos
oblong merah dan celana jins. Pakaian yang Kevin sebutkan sebelum janjian. Aku
sedikit kaget.
“Semoga jangan
dia,” ujarku.
Aku merasa
sedikit takut dan ingin segera bersembunyi. Aku putuskan untuk menelponnya. Aku
berharap bukan dia yang mengangkat telpon dariku. Aku mohon. Akhirnya,
tersambung dan aku melihat cowok itu yang merespon telponku. Dia yang bernama
Kevin. Aku sungguh takut.
“Kevin, maaf,
aku nggak bisa ketemu malam ini. Mama dan papaku ngajak aku makan malam
bersama. Ini juga mendadak,” ujarku memperhatikan gerak-gerik Kevin.
Aku nggak ingin
dia melihatku. Sungguh, aku takut dengan dia. Perawakannya seperti preman
dengan tindik dimana-mana. Aku segera mengambil langkah menjauh. Tapi, sebelum
telpon dimatikan, dia melihat aku yang menjauhinya. Segera jantungku berdegup
kencang bukan karena perasaan senang mendapat pernyataan cinta melainkan
perasaan takut. Ternyata, aku akan menemui preman. Aku takut.
Aku kepergok dan
aku segera mengambil langkah seribu. Dia mengikutiku. Langkah panjangnya
membuat dia sudah berada beberapa meter di belakangku. Aduh, aku sungguh takut.
Aku menambah kecepatan berlariku. Sebentar lagi aku sampai rumah. Tapi, aku
nggak ingin dia mengetahui letak rumahku. Aku terus berlari dan tiba-tiba ada
yang memegang tanganku. Aku lihat, ternyata Kevin dengan piercing dimana-mana. Dia tertawa nyengir dihadapanku. Aku sungguh
takut. Jins-nya sobek-sobek dan wajahnya lebam seperti orang habis berantem.
Seluruh lengannya penuh dengan tato. Membuat dia semakin terlihat mengerikan.
“Aku bukan
Nadira. Sumpah, aku bukan Nadira. Kamu salah orang!” ujarku.
“Kenapa kamu
bohong? Kenapa kamu bisa tahu aku mencari Nadira?” tanyanya.
“Tadi dia sms
aku,” ujarku semakin ngelantur.
“Apa dia makan
malam bersama orang tuanya? Sedangkan Nadira berada dihadapanku sekarang. Mau
bohong?”
“Nggak. Mamaku
baru menelponku. Aku harus pulang,” ujarku ketakutan.
Aku beneran
takut dengan preman ini. Aduh, aku harus cari cara untuk lepas dari
genggamannya. Aha, I get an idea!
“Eh, itu
sepertinya ada yang memanggil kamu,” ujarku.
Genggaman
tangannya semakin melemah. Aku segera mengambil ancang-ancang untuk berlari.
Dan akhirnya, genggamannya terlepas dan aku segera berlari. Dia mengejarku.
Aduh, aku merasa bodoh sekali. Kenapa bisa berkenalan dengan preman gitu sih?
Aku terus
berlari dan aku bersembunyi di balik tembok. Aku melihat dia terus berlari ke
arah yang berlawanan dengan aku sembunyi. Akhirnya, aku dapat menghela napas.
Aman. Aku segera berlari menuju rumah. Aku benar-benar shock. Ternyata, selama ini aku berhubungan dengan preman. Aku
beneran takut. Aku kapok deh. Hanya ingin tahu rasanya deg-deg-an karena
pernyataan cinta malah membuat aku jadi ngos-ngos-an begini. Malam Minggu ini
tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup dan aku nggak akan pernah
mengekspose nomorku dimanapun. Aku jera!
Gara-gara ingin
tahu rasanya pacaran. Malah membahayakan diri sendiri. Bodoh! Nggak lagi-lagi
aku berbuat seperti itu. Inikah rasanya? Aku tidak memprediksikan sebelumnya.
Malam minggu yang melelahkan.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar