Pages



Minggu, 18 Maret 2012

Inikah Rasanya?


Apa ya rasanya pacaran itu? Wah, aku sungguh ingin merasakan pacaran. Aku sih, udah sering merasakan jatuh cinta. Tapi? Hmm, tapi, sampai saat ini, sampai detik ini aku belum pernah tuh ngerasa deg-deg-an di depan cowok. Bukan karena aku nggak normal atau aku sudah sering berhadapan dengan cowok. Maksud disini adalah nggak ada seorang cowok-pun yang berhadapan denganku untuk menyatakan cinta. Jadi, aku nggak tahu bagaimana rasa deg-deg-an ketika seorang cowok menyatakan cintanya padaku. Aku belum pernah. Emang naas nasibku ini. Pacaran oh pacaran. Jangankan menolak, dinyatakan aja nggak pernah. Jangankan dinyatakan, disukai aja nggak pernah. Apakah aku terlalu jelek ataukah aku terlalu cantik hingga lelaki pada minder dengan aku? Ayolah, sekali saja nyatakan cinta padaku. Aku –Nadira Astari– merasa sebagai cewek paling sial yang pernah hidup. Aduh, kenapa aku jadi tidak bersyukur begini sih? Gara-gara ingin pacaran!
***
"Nadira. Aku sayang kamu. Aku tahu aku jahat udah buat kamu menunggu. Percayalah, aku hanya mencari waktu yang tepat untu menyatakan cinta. Maukah kamu jadi pacarku?" ujar seorang cowok berlutut di hadapanku.
Wajahku bersemu merah. Aku senang sekali mendengar ungkapan perasaan yang tak pernah aku dengar sebelumnya. Aku ingin berteriak. Ternyata, beginilah rasanya dinyatakan cinta pada seorang lelaki. Sungguh membuatku melayang. Akhirnya, aku merasa normal.
"Gimana, Nad? Apa aku bisa menjadi teman hidupmu?" tambahnya.
Hah? Kata-katanya membuat aku meleleh. Aku hanya terpaku dan terdiam. Aku tidak bisa mengatakan apa-apa. Lidah ini terasa semakin kelu.
Aku semakin terdiam ketika wajahnya mulai mendekat padaku. Keringat dingin membasahi punggungku. Wajahnya terus mendekat padaku hingga jarak kami benar-benar semakin dekat. Napasku semakin berat, aku pejamkan mata ini dan aku merasakan ada yang menyentuh dibibirku. Tiba-tiba ada yang memanggil namaku dari kejauhan sehingga membuat aku membuka mata.
"Nadira! Lagi belajar malah tidur! Mimpi apa kamu, hah? Bibir dimaju-majuin," ujar guruku.
Waduh! Jadi, aku mimpi? Aku merasa malu dan yang lebih memalukan lagi, yang nempel dibibirku adalah penghapus papan tulis. Otomatis bibirku hitam dengan sukses karena penghapus yang menempel. Semua teman sekelasku menertawakan diriku yang sudah blepotan bekas penghapus.
"Cuci muka dan kembali ke kelas! Fokus belajar!" Ujar guruku kesal.
Aku minta izin ke toilet. Aku kaget ketika melihat di kaca toilet di setitar bibirku hitam karena penghapus yang ditempelkan guruku tadi di kelas.
Argh, sial! Gara-gara pengen banget ada yang menyatakan cinta, aku sampe bermimpi ditengah-tengah pelajaran fisika. Alangkah noraknya aku ini. Aku mengumpat diriku atas kelakuan bodoh yang aku alami di kelas tadi. Sungguh-sungguh memalukan! Image-ku semakin jatuh, gimana mau disukai oleh lawan jenis, lha, aku aja senorak itu. Udah pada ilfeel duluan sepertinya.
Aku kembali ke kelas dan disambut dengan tawaan teman-teman sekelasku. Aduh, mereka emang paling demen jika ada temennya yang sial. Senang amat kali menertawakan aku. Objek yang pas untuk dijadikan hot news sepertinya. Aku abaikan tawaan mereka dan fokus belajar. Nadira, kamu sukses membuat malu diri sendir. Gara-gara pengen pacaran!
***
Aku bener-bener kebelet pacaran! Aduh, aku ingin sekali ada yang menyatakan cinta untukku. Hanya ingin tahu rasa deg-deg-an dan kejutan dari seseorang yang jatuh cinta padaku. Tapi, hanya angan belaka sepertinya. Aku tidak habis akal, akhirnya, aku berusaha mulai dari ikut acara ekspose nomor di radio lokal, add facebook cowok, dan follow twitter cowok. Semoga ada yang nyantol satu. Aku sudah pasang PP di facebook dan ava di twitter dengan pose yang paling unyuk dan menggemaskan. Tapi, sampai detik ini belum ada yang benar-benar ingin mengenalku. Aduh, segitu susahnya hanya untuk dinyatakan cinta. Aku mulai depresi. Apa aku terlalu jelek? Kolot? Atau meresahkan? Ampun deh!
Aku lupakan masalah pernyataan cowok. Aku benar-benar merasa hopeless. Sudah seminggu aku tidak uring-uring ingin pacaran. Ingin ada yang menyatakan cinta padaku. Semuanya telah aku kubur. Sebal!
Aduh, besok ulangan fisika. Akhir-akhir ini kelas X-5 sering banget ngadain ulangan masal. Ayolah, bapak-ibu guru, beri kami jeda dalam berulangan. Jangan bareng-bareng gitu dong. Pahamilah kami wahai bapak-ibu guru.
Mataku terus melototin buku fisika yang tebelnya sejibun. Tiba-tiba handphone-ku berdering. Nomor yang tidak aku kenal ada di layar hape-ku. Aku mengerutkan keningku dan segera aku tekan tombol answer.
"Halo?"
Tidak ada yang menjawab dari seberang telpon dan kemudian bunyi suara "tut tut tut" tanda telpon unconnection. Buset dah, nggak ngerti orang lagi belajar ya? Aku letakkan hape di kasurku.
Baru duduk dan membuka buku, tiba-tiba hape-ku berbunyi kembali. Ah! Siapa sih? Aku mau ulangan loh besok! Nomor tadi menelpon-ku. Aku sungguh males mengangkatnya. Pasti hanya misscalled seperti tadi. Jadi, aku abaikan saja telpon dari orang nggak jelas itu dan kembali fokus belajar. Tapi, hape-ku terus berdering dan membuyarkan semua ke-fokus-an-ku dalam belajar.
“Fine! Kamu menang!” ujarku sambil berjalan menuju kasuku dan meraih hape-ku.
“Halo?”
“Iya, halo. Ini Nadira ya?” tanya seseorang dari seberang sana.
Suara cowok. Wah. Kok bisa?
“Iya, aku Nadira. Ini siapa ya? Kok tahu nomor aku?” tanyaku bingung.
“Aku Kevin. Aku tahu nomor kamu dari facebook-mu,”
Hah? Dari facebook-ku? Hmm, sepertinya aku ingat bahwa aku telah mencantumkan nomor hape-ku di facebook. Aduh, seharusnya aku girang gitu ada yang menghubungiku. Tapi, ini timing-nya kurang pas. Jadi, aku merasa nggak antusias.
Ada perlu apa? Aku sedang belajar. Besok aja ya ngobrolnya,” ujarku.
“Oh, maaf ganggu. Aku nggak tahu,”
“Sekarang udah tahu, kan? Besok aja ya. Bye,” ujarku sambil mematikan hape.
Ah! Sudah pukul 10:00. Tapi, belum ada satu materi-pun yang nyangkut di otakku. Aduh, bagaimana ini? Aku pusing. Aku kembali melanjutkan pelajaran dengan otak sisa dan kantuk yang sudah menyerang mata. Tanpa terasa aku merasa lelah dan ketiduran.
***
Ulangan fisika. Wish me luck. Aku sudah siap berangkat sekolah dan aku teringat dengan cowok bernama Kevin yang menelponku semalam. Pagi ini dia mengirim pesan singkat yang berbunyi “Selamat pagi Nadira. Sukses buat ulangannya :)
Aku merasa darah ini berdesir ketika membaca sms tersebut. Perasaan senang menyelimuti diriku dan aku menjadi lebih bersemangat datang ke sekolah. Apakah ini yang dinamakan cinta pada sebuah sms? Oh, aku tidak perduli. Intinya, hari ini aku ulangan fisika! Ulangan fisika ini membuat aku setress! Aku terkadang heran dengan teman-teman yang lain yang begitu antusias ingin masuk jurusan IPA ketika kelas XI nanti. Argh, bisa botak aku kalau masuk jurusan IPA. Yang begini aja udah bikin aku frustasi.
Lembar soal mulai dibagikan. Aduh, esay semua soalnya. Bener-bener menjajah! Aduh, aku pusing! Semua yang telah aku pelajari semalam tidak ada yang aku ingat. Aku malah ternginga dengan suara Kevin. Suaranya yang lembut dan sapaan pagi yang begitu manis yang tak pernah aku dapatkan sebelumnya. Aku merasa melayang.
Adu, otakku benar-benar kacau! Baru dua dari delapan soal yang aku jawab. Ini ada apa sih dengan otakku? Benar-benar nggak bisa fokus dengan soal-soal ini. Jamur-jamur cinta sudah merasuki otakku. Bagaimana ini bisa terjadi?
***
Aku melupakan ulangan fisika tadi. Terserah deh hasilnya mau seperti apa. Intinya aku sudah maksimal mengerjakannya. Lupakan masalah ulangan. Aku sedang online facebook dan twitter di rumah sambil ditemani jus strawberry yang aku beli di ujung kompleks. Tiba-tiba hape-ku berdering. Ntah, dalam hati aku ingin sekali Kevin yang menelponku. Dan benar saja. Kevin yang menelponku dengan cepat aku tekan tombol answer.
“Hai. Gimana ulangan tadi? Lancar?” tanyanya dari seberang telpon.
“Hmm, lancar kok. Ya, tetap saja pusing,” jawabku.
Kami sudah larut dalam obrolan di telpon. Dia Kevin sekolah di SMAN 12 berbeda denganku. Dia merupakan cowok yang asyik diajak bicara. Begitu perhatian. Aku merasa terbuai olehnya. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya. Aku merasa terbang ke langit ke tujuh. Suara lembutnya yang membuat jantungku berdegup kencang. Inikah rasanya?
Semakin lama aku merasa nyaman dengan dia. Tapi, hubungan kami masih berlanjut lewat sms atau facebook-an. Belum bertemu. Tapi, itu sudah membuat aku merasa melayang. Perhatiannya yang membuat aku merasa istimewa. Inikah rasanya?
Aku pikir sudah waktunya bertemu. Aku tidak ingin menjalin hubungan tanpa bertemu apalagi dia juga satu daerah denganku hanya berbeda sekolah. Pasti mudah untuk bertemu. Dia belum menyatakan cinta padaku. Aku juga tidak ingin dia menyatakan cinta lewat sms atau lewat telpon. Aku ingin bertemu dengannya dan dia nyatakan cinta. Pasti rasa deg-deg-annya lebih terasa.
Setelah membuat kesepakatan, kami akan bertemu pada malam Minggu nanti di komplek rumahku. Aku semakin merasa jantung ini lebih sering berdendang dari biasanya. Inikah rasanya?
***
Malam Minggu telah datang dan waktunya aku bertemu dengan Kevin. Aku menerka-nerka rupanya seperti apa. Pasti dia tampan setampan suaranya. Jantung ini terus berdegup kencang. Aku melihat penampilanku dari kaca lemariku. Perfect! Pasti dia akan terpesona denganku.
Aku sudah menunggu di taman komplek. Lumayan ramai taman komplek jika malam minggu. Jadi, aku tidak perlu takut dengan suasana malam. Dari kejauhan aku melihat cowok berkaos oblong merah dan celana jins. Pakaian yang Kevin sebutkan sebelum janjian. Aku sedikit kaget.
“Semoga jangan dia,” ujarku.
Aku merasa sedikit takut dan ingin segera bersembunyi. Aku putuskan untuk menelponnya. Aku berharap bukan dia yang mengangkat telpon dariku. Aku mohon. Akhirnya, tersambung dan aku melihat cowok itu yang merespon telponku. Dia yang bernama Kevin. Aku sungguh takut.
“Kevin, maaf, aku nggak bisa ketemu malam ini. Mama dan papaku ngajak aku makan malam bersama. Ini juga mendadak,” ujarku memperhatikan gerak-gerik Kevin.
Aku nggak ingin dia melihatku. Sungguh, aku takut dengan dia. Perawakannya seperti preman dengan tindik dimana-mana. Aku segera mengambil langkah menjauh. Tapi, sebelum telpon dimatikan, dia melihat aku yang menjauhinya. Segera jantungku berdegup kencang bukan karena perasaan senang mendapat pernyataan cinta melainkan perasaan takut. Ternyata, aku akan menemui preman. Aku takut.
Aku kepergok dan aku segera mengambil langkah seribu. Dia mengikutiku. Langkah panjangnya membuat dia sudah berada beberapa meter di belakangku. Aduh, aku sungguh takut. Aku menambah kecepatan berlariku. Sebentar lagi aku sampai rumah. Tapi, aku nggak ingin dia mengetahui letak rumahku. Aku terus berlari dan tiba-tiba ada yang memegang tanganku. Aku lihat, ternyata Kevin dengan piercing dimana-mana. Dia tertawa nyengir dihadapanku. Aku sungguh takut. Jins-nya sobek-sobek dan wajahnya lebam seperti orang habis berantem. Seluruh lengannya penuh dengan tato. Membuat dia semakin terlihat mengerikan.
“Aku bukan Nadira. Sumpah, aku bukan Nadira. Kamu salah orang!” ujarku.
“Kenapa kamu bohong? Kenapa kamu bisa tahu aku mencari Nadira?” tanyanya.
“Tadi dia sms aku,” ujarku semakin ngelantur.
“Apa dia makan malam bersama orang tuanya? Sedangkan Nadira berada dihadapanku sekarang. Mau bohong?”
“Nggak. Mamaku baru menelponku. Aku harus pulang,” ujarku ketakutan.
Aku beneran takut dengan preman ini. Aduh, aku harus cari cara untuk lepas dari genggamannya. Aha, I get an idea!
“Eh, itu sepertinya ada yang memanggil kamu,” ujarku.
Genggaman tangannya semakin melemah. Aku segera mengambil ancang-ancang untuk berlari. Dan akhirnya, genggamannya terlepas dan aku segera berlari. Dia mengejarku. Aduh, aku merasa bodoh sekali. Kenapa bisa berkenalan dengan preman gitu sih?
Aku terus berlari dan aku bersembunyi di balik tembok. Aku melihat dia terus berlari ke arah yang berlawanan dengan aku sembunyi. Akhirnya, aku dapat menghela napas. Aman. Aku segera berlari menuju rumah. Aku benar-benar shock. Ternyata, selama ini aku berhubungan dengan preman. Aku beneran takut. Aku kapok deh. Hanya ingin tahu rasanya deg-deg-an karena pernyataan cinta malah membuat aku jadi ngos-ngos-an begini. Malam Minggu ini tidak akan pernah aku lupakan seumur hidup dan aku nggak akan pernah mengekspose nomorku dimanapun. Aku jera!
Gara-gara ingin tahu rasanya pacaran. Malah membahayakan diri sendiri. Bodoh! Nggak lagi-lagi aku berbuat seperti itu. Inikah rasanya? Aku tidak memprediksikan sebelumnya. Malam minggu yang melelahkan.
TAMAT

| Free Bussines? |

0 komentar:

Posting Komentar