Pages



Kamis, 19 April 2012

Gutter and I


Hulalala pemirsah tercintah. Hmmm, pagi-pagi gini menghirup aroma mantap dari nasi goreng buatan mamaku membuat aku-cewek pendiam, unyuk, dan menggemaskan- menjadi sangat lapar. Perut buncitku sudah menggedor-gedor supaya aku segera memberikan asupan. Maklum, sudah lima abad nggak makan nasi goreng. Kesian ya, Pemirsah. Hiks. Kayak gitu kalian masih sering nge-bully aku. Emang nggak ada rasa kasihan yang kalian miliki untuk aku. Kenapa sih pemirsah? Apa aku terlalu unyuk dan menggemaskan? Hingga kalian merasa envy yang sangat luar biasa. Ck! Sudah jelas banget.
Sambil menunggu nasi goreng buatan mamaku selesai dihidangkan, aku mau bernostalgila ke masa dimana aku masih sangat dan sangat unyuk-cungkring. 
Maklum Pemirsah, dulu aku kurus karena kekurangan gizi. Eh, sekarang malah kelebihan gizi hingga tubuhku berubah menjadi buntelan kentut. Sungguh menyedihkan, bukan? Jangan salahkan aku Pemirsah. Semua ini adalah salah anak kambing pak lurah yang selalu mengajak aku lomba makan yang banyak. Oleh sebab itu, tubuhku jadi gembrot dan dipenuhi dengan lemak. Tali mana tali? Buat ngiket kambing pak lurah yang nggak bisa diem.
Pemirsah, ikuti terus perjalanan ceritaku. Aku bingung mau cerita darimana. Okay, let's enjoy it!
Pemirsah, dulu ketika kecil kalian suka main apa? Aku sih banyak. Main gundu (kelereng), yoyo, petak umpet, benteng, dan lain-lain. Aku nggak pernah main barbie. Entah, aku nggak suka sama barbie. Aku lebih suka dengan permainan anak laki-laki. Jaman dulu belum ada BlackBerry pemirsah, Android-pun nggak ada. Nggak kayak jaman sekarang pemirsah, anak SD sudah pegang BB yang aku pun nggak punya. Aku pake BB (Batu Bata), beda nama. Sebenarnya, bukan itu sih yang mau aku bicarakan. Hihi. 
Naik sepeda. Itu sudah menjadi kesukaanku sejak lahir. Saat di dalam perut mamaku-pun, aku suka mengendarai sepeda. Halah, semakin absurd saja nih cewek.
Saat itu, aku masih duduk di bangku kelas 4 SD. Aku, mbakku, dan almarhum papa berencana ke bengkel sepeda. Maklum, sepedaku sudah gembos, pemirsah. Harus di servis. Ajegile, diservis Pemirsah.
Setelah diservis, kami pulang. Hmmm, gini pemirsah. Beberapa meter dari rumahku adalah comberan. Kalian tahu-kan apa itu comberan? Comberan itu paretan. Comberannya lumayan lebar, jadi, ada sebuah jembatan yang ukurannya kira-kira satu meter untuk menjangkau kami kembali ke rumah. Aku berada disisi kanan jembatan. Sambil mengendari sepeda. Eh, tiba-tiba, sepeda yang aku kendarai ditabrak mbakku. Bayangkan Pemirsah! Ditabrak! Sepedaku ditabrak! Ah! Kencur goreng!
Dan kalian tahu apa yang terjadi? Ya! Benar! Aku terjungkal masuk ke comberan dengan sukses. Ucapkan selamat! Jangan lupa berikan aku tepuk tangan yang meriah. Terima kasih.
Ya ampun, pemirsah. Seneng amat kali. Udah deh, nggak usah dibayangin. Aku jatuh. Butuh babang Ricky Harun. Tubuhku yang mungil, hitam semua dipenuhi air comberan yang hitam. Parahnya, tanpa sengaja aku menelan sedikit air comberan. Itu kan jorok banget pemirsah. Ya ampun! Aku nangis. Bukan karena aku jatuh melainkan karena aku minum air comberan. Ukh! Sungguh naas sekali pemirsah. Mengapa ini terjadi pada cewek unyuk dan menggemaskan seperti aku? Mengapa pemirsah? MENGAPA? Jelaskan padaku!
Ya, walaupun begitu, aku tetap cinta sama sepeda. Kejadian ini sulit aku lepaskan dari memoriku. Ceileh. 
Aduh, aku disuruh makan nih pemirsah. Besok lagi ya. Terus tunggu aku dalam acara Menggila Bersama Cewek Absurd. Okay, aku mau makan dulu. Papay. 
Ups, lupa! Mengapa aku memberi judul Gutter and I? Karena untuk kelihatan lebih kece, Pemirsah. Pasti kalian berpikir, “Wah, Bia keren pake bahasa Inggris. Pasti keren juga nih cerita!” Hebat kan pemikiran aku, Pemirsah? Maklum, aku kan primadona di dunia perkambingan. Jadi wajib pinter. Walaupun cuma sedikit. Gutter tuh bahasa Inggris dari comberan. Hari ini, aku lumayan cerdas bukan? Udah ah, aku lapar. Papay.

Cerita di atas hanya cerita yang absurd karena Bia selalu menceritakan hal absurd. Semoga yang membaca tidak menjadi absurd dan tidak ilfeel dengan cewek absurd ini. Jangan salahkan aku jika kalian semakin absurd setelah membaca cerita absurd ini. Cerita ini hanya hiburan yang tidak pantas di publikasikan. Salam per-absurd-an!
˘) 
Read More..

Rabu, 18 April 2012

(Masih) Kelakuan Nakalku


Halo, Pemirsah sejagat raya. Pasti kalian sedang memikirkan cewek terunyuk ini. Iya, kan? Sudah deh ngaku aja. Nggak apa-apa kok. Sudah biasa aku dipikirin banyak orang. Aku kan primadona dunia perkambingan. Sudah tidak diragukan lagi. Eh, pemirsah, terkadang aku bingung loh, kenapa ya aku ini unyuk dan menggemaskan? Ya, aku tahulah bahwa aku adalah primadona kambing abad ini. Tapi, kenapa aku bisa seunyuk ini? Ya, ampun! Terkadang kambing-kambing seperguruan suka envy gitu sama aku. Aku kan lugu dan pendiam, jadi, aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Ya, meski suka jengkel juga sih.
Eh, pemirsah, kelakuan yang kalian inget sampe detik ini apa saja? Pasti kelakuan kalian unyuk-unyuk ya? Hmmm, mungkin sedikit berbeda dengan punyaku.
Setelah dengan sukses membuat anak orang berhenti belajar TPA, kenakalanku nggak berhenti samapi disitu. Sangat banyak kelakuan nakalku yang membuat kambing pak lurah merasa ilfeel sama aku. Saus tartar lah! Kenapa kambing pak lurah harus ilfeel? Kenapa? Aku kan sudah mencoba menjadi unyuk dan menggemaskan. Tapi, kenapa dia masih ilfeel? Kenapa? Oh, pemirsah. Aku patah hati. Gayung mana gayung?
Mau gimana lagi, pemirsah. Sudah aku bilang, walaupun aku unyuk dan menggemaskan, aku memang nakal saat masih kecil. Jahil. Kenakalanku sungguh kejam. Aku pindah rumah loh pemirsah. Kira-kira aku sudah SD atau masih TK nol besar ya? Wah, ke-amnesia-anku kambuh lagi pemirsah. Emang suka kayak gini. Kalau lupa, amnesianya kumat.
Saat baru pindah, aku masih bersikap normal. Pindah rumah berarti mempunyai tetangga baru, kan? Nah, tentu saja aku juga punya tetangga baru. Tetanggaku itu memiliki beberapa anak dan anak bungsunya kira-kira berumur tiga atau empat tahun. Dia cengeng pemirsah. Aku nggak suka sama anak cengeng. Aku nakal pemirsah. 
Aku nggak suka sama anak yang bentar-bentar nangis. Itu berisik banget, Pemirsah. Aku kan cinta damai. Aku pernah lihat dia nangis di samping rumahku. Aku sedang main kelereng sendirian. Hiks, aku kan nggak punya teman, Pemirsah. Kambing-kambing pak lurah belum kenal aku dulu. Sungguh ironi. Gayung mana gayung?
Jadi, ketika dia menangis dan membuyarkan konsentrasiku dalam bermain kelereng. Aku dekati dia. Dia masih menangis. Aku duduk di hadapannya dan aku terus melihati dirinya. Dan tangisnya semakin kuat. Penghinaan pemirsah! Ini penghinaan! Mengapa tangisnya semakin kuat ketika melihat aku? Mengapa Pemirsah? Mengapa? Apakah wajahku tidak secantik kambing pak lurah? Sungguh sakit pemirsah! SAKIT! Ini penghinaan tingkat kelurahan. Aku sebel!
Karena dia masih menangis. Akhirnya, aku pelototin dia dan aku tarik bibirnya supaya diam. Dia diam, Pemirsah! Memang hebat aku ini. Ayo, beri aku tepuk kaki. Jarang-jarang aku bisa diemin anak orang. Biasanya aku kan bergaul sama anak kambing. Setelah, tidaka da suara berisik dari anak tersebut kemudian aku lepaskan tanganku. Eh, dia nangis lagi. Kenapa dia nangis lagi? Aku takut pemirsah. Aku takut ibunya dateng. Jadi, aku injek kakinya dan aku meninggalkannya sendirian. Masih menangis. Aku kabur!
Aku pikir, aku aman karena orang tuanya tidak tahu bahwa anaknya telah dianiaya sama cewek unyuk. Eh, ternyata, ibunya datang tanpa sepengetahunku. Dan aku kena marah. Hiks, kencur goreng! Cewek unyuk dan menggemaskan ini dimarahin tetangga baru. Karung mana karung?
Hiks. Sudah deh, jangan ketawain aku. Nggak kesian tah sama aku? Aku pulang ke rumah setelah dimarahi ibu anak cengeng itu. Ya, ampun! Apakah aku jahat pemirsah? Tapi, tenang saja. Aku sudah jinak kok.
Eh, ada telepon dari babang Ricky Harun. Besok lagi ya, pemirsah. Papay.
Pesan: Cerita di atas hanya untuk hiburan semata. Bagaimanapun kehidupan yang aku alami adalah kehidupan absurd. Jangan protes. Intinya, aku masih unyuk dan menggemaskan. Semoga terhibur. Jika cerita ini semakin garing, maka, jangan lupa untuk digoreng dan dimakan sama lontong sayur. Berasa kerupuk ya, pemirsah. Udah ah.
Cerita ini hanya cerita absurd belaka. Jika terjadi ke-absurd-an yang berlebihan maka salahkan penulis amatiran ini. Salam per-ojeg-payung-an! Yeah!

Read More..

Selasa, 17 April 2012

KELAKUAN NAKALKU


Selamat malam, Pemirsah! Kembali lagi bersama cewek unyuk dan menggemaskan. Aku rasa aku nggak perlu kasih tahu lagi, siapa aku sebenarnya karena tentu saja kalian sudah mengenal aku. Aku kan pacarnya Ricky Harun. Please deh, jangan protes! Bisa kali ya kalian buat aku senang sedikit? Sedikit saja loh Pemirsah yang baik. Nggak ada salahnya, kan?
Eh, lagi pada ngapain nih? Aduh, aku sedang bosan nih di rumah sendirian. Ada yang mau nemenin aku nggak? Oh, iya, biasanya malam-malam begini pacarku yang ganteng selalu menemaniku loh. Eh? Dia nggak ke rumah! Dia nemenin aku lewat sms atau telpon. Jadi, para Pemirsah, jangan berpikir yang aneh-aneh. Ingat, aku adalah cewek pendiam, unyuk, dan menggemaskan. Jadi, tentu saja pacarku sangat sayang sama aku. Narsis dikit nggak apa-apa, kan? Nggak boleh protes! Dalam acaraku nggak ada yang boleh protes. Hukumnya haram, Pemirsah!
Hmm, malam-malam begini di depan komputer sambil mendengarkan lagu yang mengalun merdu dan ditemani segelas jeruk nipis hangat, itu rasanya bagaikan kencan bersama babang Ricky Harun. Mantap! Extraordinary! Perfecto! Jangan envy sama aku ya, Pemirsah. Hehehe. Jangan ada yang protes! Ayolah, buat aku senang sedikit saja. Aku mohon. Aku sudah diputusin sama kambing pak lurah, masa iya, kalian nggak mau buat aku senang sedikit saja. Aku nangis ah. Rayu aku! RAYU! Aku lagi nangis ini. Rayu aku dong, Pemirsah! RAYU! Itu sudah di capslock loh tetapi mengapa kalian tidak merayu aku? Mengapa? Apa aku bau, Pemirsah? Aku sudah mandi loh. Jarang-jarang kan aku mandi. Bersyukurlah kalian.
Eh, pemirsah. Kok tiba-tiba aku ingat dengan kenakalanku ya. Eits, kalian jangan pernah memandang aku ini baik-baik aja loh. Walaupun aku unyuk dan menggemaskan, tapi, waktu kecil aku anaknya nakal banget. Ck! Aku ini mantan preman pasar. Jadi, buat kalian yang nakan sama aku, siap-siap saja aku pentung pake pohon toge. Bayangkan kesakitan yang kalian rasakan.
Sudah lupakan. Kalian ini membuat pikiranku jadi pecah. Sudah tahu aku pelupa. Masih saja diajak ngobrol ngalor-ngidul. Aku kan jadi lupa apa yang mau aku ceritain. Pemirsah, inget nggak? Bukan! Bukan Ricky Harun. Aduh, apa ya? Please deh, jangan sebut nama kambing pak lurah lagi! Aku sudah mati rasa sama dia. Ah, kalian mah pelupa juga. Apa ya kira-kira? Kencur gorenglah!
Aha! Aku ingat pemirsah. Berkat kencur goreng, akhirnya aku ingat apa yang akan aku ceritakan pada malam ini. Oke, Pemirsah. Rapikan pakaian kalian, tutup rapat-rapat yang perlu ditutup, serta ikat kan sabuk pengaman di dada kalian. Dan sekarang waktunya meluncur. Pegangan erat-erat ya! Cerita macam apa ini, Pemirsah?
Aku suka mencubit orang! Ya, itu hobiku saat aku masih kecil. Eh, jangan pada kabur. Sekarang aku sudah sedikit jinak kok. Aku tahu pemirsah, aku sangat sangar untuk ukuran cewek unyuk dan menggemaskan seperti aku. Tapi, ketahuilah bahwa aku tetap unyuk dan menggemaskan.
Saat itu aku masih umur berapa ya? Aduh, aku sedikit ingat dan banyak lupa, Pemirsah. Aduh, kenapa aku lupa dalam keadaan seperti ini? Okelah, pakai kisaran saja ya, Pemirsah. Yang jelas saat itu aku masih TK. Entah umur lima tahun atau berapa deh. Intinya, aku sangat menggemaskan dan cacingan. Tulang semua nggak kayak sekarang yang kelebihan lemak. Nggak usah senyum-senyum!
Rumahku belum disini. Rumahku masih disitu. Jarak rumah disini jauh dengan disitu. Disini ramai sedangkan disitu sepi. Nah loh, jadi, pada bingung gini. Lupakan! Jadi, intinya, aku belum menempati rumah yang ini. Rumahku dulu depannya jalan setapak dan beberapa meternya adalah kebon. Aku dari dulu emang sudah jahil, Pemirsah.
Jadi, rumahku dekat dengan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Setiap sore sekitar jam empat-an ada seorang anak cewek yang melewati ke rumah menuju ke tempat TPA. Cewek tersebut umurnya lebih tua dari aku. Mungkin kelas satu atau kelas dua. Aku nggak tahu persisnya berapa.
Jadi, setiap anak itu melewati rumahku. Aku dari balik pagar keluar begitu saja dan berdiri tepat dihadapannya. Dia sedikit terkejut. Tinggiku dan dia tidak jauh beda. Aku dulu nggak cebol-cebol amat loh, Pemirsah. Setelah membuat cewek itu terkaget-kaget, aku segera mencubit pipinya. Satu menit. Dua menit. Lima menit. Akhirnya, pipinya merah dan dia menangis. Aku segera lari masuk rumah. Persis anak tuyul, Pemirsah. Aku bahagia banget, Pemirsah. Entah, aku merasa sangat bahagia setelah membuat anak orang menangis. Aku cekikikan sendiri. Sampai-sampai mamaku heran. Kenapa anaknya jadi gila? Tenang mama, aku hanya merasa puas saja membuat anak orang menangis.
Keesokan harinya, anak itu kembali melewati rumahku. Dan dia tetap pasrah saja ketika aku cubit pipinya. Dia menangis dan aku tertawa. Hingga berlangsung selama tiga hari. Hari keempat dan seterusnya, aku tidak pernah melihat dia lagi. Aku rasa dia berhenti mengikuti pelajaran di TPA itu dan pindah ke TPA lain. Coba ya, di surat kabar ada berita tentang: Seorang Anak Tuyul Mencubit Pipi Gadis Kecil.  Ya, ampun! Aku pasti menjadi terkenal, Pemirsah. Sayangnya, semua itu hanya mimpiku.
Aku pikir, aku sungguh jahat ya, Pemirsah. Sudah membuat anak orang menangis dan pindah belajar TPA. Ya, ampun! Tapi, sekarang aku sudah tobat loh, Pemirsah. Aku sekarang tumbuh menjadi gadis yang unyuk dan menggemaskan. Makanya Ricky Harun suka sama aku. Hihihi. Jangan protes!
Sudah ah, Pemirsah. Aku mau pemotretan dulu sama kaki ayam spesial. Papay. Muuaaah. #ciuman dari ayam tuh.
Read More..

Minggu, 15 April 2012

KENTUT INI MEMBUNUHKU


 Halo, pemirsah! Bertemu lagi bersama cewek pendiam dan lugu. Siapa lagi kalau bukan Bia. Biacocolate yang paling pendiam di seluruh jagat raya, dunai-akherat. Sudah deh, nggak usah pada protes! Akui saja kalau aku ini emang paling pendiam dan menggemaskan. Aduh, aku jadi nggak enak. Terharu, pemirsah. Tissue mana tissue!
Pemirsah, kalau disuruh bicara tentang masa kecil. Aku jadi bingung. Masalahnya, kenangan masa kecilku nggak ada tuh yang enak untuk diceritakan. Semuanya adalah cerita absurd yang sangat dilarang dibaca oleh seseorang yang sangat ngefans sama aku. Kenapa? Takutnya, para fans-ku satu per satu akan meninggalkanku sendiri bersama gerombolan kambing pak lurah.
Aku tidak bisa! Aku tidak bisa menceritakan ini kepada kalian! Please, jangan paksa aku! Aku tidak ingin menceritakannya! Ini sangat memalukan! Sungguh! Aku tidak ingin anakku kelak mengetahu mama-nya yang paling unyuk dan menggemaskan ini memiliki kisah yang sangat naas. Aku tidak ingin semua itu terjadi. Jangan tarik-tarik kolor pak lurah, deh! Kasihan! Dia Cuma punya kolor sebiji. Ngerti dikit, bisa kan? Cerita macam apa ini?
Pemirsah, pernah mengalami pengalaman yang sangat memalukan? Pasti pernah dong. Memalukan untuk diingat dan diceritakan kepada anak-cucu kita nanti. Sungguh! Rasanya tuh seperti meluncur bareng nenek gayung dan segera nyungsep di jamban terdekat. Sungguh memilukan! Sakit, pemirsah! SAKIT! Sungguh sakit! Jangan tanya mengapa, karena aku tidak tahu jawabannya. Kira-kira jawabnya A atau B? Lupakan!
Eh, pemirsah! Gimana perasaan kalian pertama kali menginjakan kaki di sekolah dasar? Kalau aku sangat senang! Senang loh rasanya aku sudah menjadi siswi sekolah dasar yang sangat unyuk dan menggemaskan. Mengingat saat itu membuat aku menjadi lebih muda. Berasa sudah tua saja!
Hari pertama sekolah, harus berbaris di luar kelas. Aku sangat unyuk dan menggemaskan berbaris sangat rapi dan selalu pamer senyum yang suangaaat muanis! Semanis anak kambing pak lurah. Luar biasa manisnya. Sampai-sampai lalat yang berkeliaran enggan menghampiriku. Sangat manis, bukan?
Aku berbaris sangat antusias. Dan tiba-tiba…
KENTUT!
BUSH!
BAU!
Aku yang sedang asyik nyengir langsung mati gaya. Bau apa ini, pemirsah! Temanku ada yang kentut! Argh! Aku sama sekali tidak memprediksi ini sebelumnya. Aku tidak pernah berpikir akan diketuti seperti ini. Ini sunggu memalukan!
Seketika tubuhku yang mungil. Dulu ketika aku masih SD, tubuhku mungil loh, nggak seperti saat ini yang sudah sangat besar dan gembrot. Aku dulu cacingan makanya kurus. Ya, lupakan masalah cacingan!
Tubuhku yang mungil terasa tidak ada beban. Pandanganku menjadi buram. Ada apa denganku? Apakah aku selama ini tertukar dengan kambing pak lurah? Ah! Ini tidak mungkin! Ini semua mimpi! Aku tertukar dengan kambing pak lurah yang sangat cantik. Sungguh beruntungnya aku. Terima kasih ya Tuhan. Terima kasih kepada orang tuaku dan semua teman-temanku yang sudah mendukungku selama ini. Eh? Apa banget coba?
Lanjut ke cerita! Aku lemah, Pemirsah! Seketika pandanganku menjadi gelap dan aku pingsan. Bayangkan Pemirsah, aku pingsan gara-gara kentut! Gara-gara KENTUT! KENTUT, Pemirsah! KENTUT! Sungguh, menyakitkan. Itu nggak elit banget pemirsah. Sama sekali nggak elit. Aku yang notabene-nya sangat unyuk, pingsan karena kentut. Gayung mana gayung!
Semua orang pada heboh. Hari pertama, aku dianterin mama. Jadi, mamaku ikutan heboh. Aku segera dibawa ke sebuah ruangan. Banyak ibu-ibu yang mengerubungiku. Berasa ikut PKK ya, Pemirsah. Aku jadi terharu. Aku bukan artis saja sudah dirubungi ibu-ibu seperti ini. Mau tahu kenapa? Tentu saja karena aku unyuk dan menggemaskan.
Hmm, sejak kejadian kentut itu, aku terkenal dengan sebutan NAKEN (Baca: aNAk KENtut). Sungguh memalukan, bukan? Sudah aku bilang, cerita ini tidak pantas diceritakan kepada anak dan cucu kita. Benar-benar sangat memalukan. Sudah dulu ya, Pemirsah. Aku mau ke rumah Ricky Harun. Papay.

Maaf, jika cerita di atas sangat absurd. Tujuannya adalah meng-absurd-kan cerita yang sudah absurd. Semoga yang membaca juga absurd. Sehingga kita menjadi absurd yang kekal dan abadi. Yeah! Hidupabsurd!
True Story ini hanya hiburan semata. Semoga terhibur dengan cerita non-fiksi ini. Amin! 
Yang nggak suka, tolong, tinggalkan ciuman manis untuk kambing pak lurah. Terima kasih! Salam perkambingan!
Read More..

PAPA


Ingin sekali aku peluk papa. Melihat papa tersenyum padaku. Menasihatiku. Aku rindu semuanya tentang papa. Ingin sekali aku mencium papa. Aku hanya bisa menangis. Aku tahu, apa yang aku lakukan hanya membuatmu sedih disana. Tapi, aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku terlalu merindukanmu. Aku ingin bersamamu lagi. Memelukmu. Bercanda bersamamu. Walau hanya sekali lagi. Aku ingin memelukmu. Sungguh! Mendekap erat tubuhmu. Aku hanya bisa mendoakanmu dari sini. Papa, salahkah kalau aku menangis? Aku merasa sesak. Rindu ini membuatku sesak napas. Aku kangen Papa :(
***
"Jane, Papa pulang," ujar Papa sambil menggendongku.
Aku yang masih berumur lima atau enam tahun sangat senang menyambut kehadiran papaku.
"Jane, biarkan Papa istirahat. Kamu sama Mama dulu, ya, sayang,"
Semua kenangan kini mengitari memoriku. Masa kecil yang sangat indah. Tanpa sadar bibirku membentuk segurat senyuman. Aku ingin kembali ke masa itu. Ingin sekali menikmati setiap pelukan Papa. Lagi-lagi aku hanya tersenyum kecut.
Papaku hanya seorang guru dan mamaku seorang ibu rumah tangga. Keluarga yang sederhana tetapi aku merasa sangat bahagia luar biasa. Aku bersyukur terlahir dalam keluarga yang hangat.
"Jane, hari Minggu mau jalan-jalan kemana?" Tanya papa.
Papaku selalu mengajak aku pergi jalan-jalan ketika weekend tiba. Bersama Mama, kami naik angkot. Tapi, semua itu membuat aku senang. Entah mengapa aku merasa bahagia. Jika kami mampir di rumah makan Padang atau rumah makan manapun, aku selalu melepas sendalku. Saat itu aku berpikir jika masuk ke rumah orang harus lepas sendal. Jadi, di rumah makanpun aku seperti itu. Papa dan mamaku hanya tersenyum melihat tingkahku yang polos. Aku sayang mama papaku.
Dan jika mampir di toko elektronik, aku hanya melihat sebuah tipi dan aku duduk di depannya. Aku berpikir tipi itu milikku. Jadi, ketika papa mengajak pulang tanpa membawa tipi, aku bertanya, "Papa, kenapa tipi-nya nggak dibawa? Papa nggak kuat, ya? Ntar Jane bantu,"
Lagi-lagi papa hanya tersenyum dan berjongkok agar tingginya sejajar denganku.
"Jane. Kalau mau dibawa pulang, kita harus beli dulu," ujar Papa sambil mengusap rambutku.
Aku hanya manggut-manggut mendengar penjelasan papa dan pulang. Walaupun tidak membeli tipi, aku tetap senang karena aku masih bisa jalan-jalan dengan papa. 
***
Kini aku sudah sekolah di sekolah dasar dekat rumahku. Aku masih ingat, jika sore sudah tiba, papa mengajakku membeli kue bakpia. Papa memegang tanganku erat. Bahkan tetanggaku bilang "Jane, akrab ya sama Papa,"
Dan aku hanya menjawa "Iya, Jane sayang Papa,"
Papa selalu mengajak aku jika ingin berpergian. Aku sangat senang.
Setiap papa membeli baju baru untukku pasti papa memintaku untuk segera mencobanya. Papaku ingin segera melihat putri cantiknya mengenakan pakaian pemberiannya.
Papa tipe pria yang setia, menurutku. Setiap papa mendapat nasi bungkus dari sekolah, papa selalu membawanya ke rumah dan memberikannya padaku sedangkan papa makan masakan mama. Dan menurutku, papa juga tipe pria sedikit manja. Papa selalu ingin ditemani mama jika sedang makan. Papa adalah pria yang hebat dimataku. Senyum papa selalu menghiasi hatiku. Papa sayang mama dan aku. Semakin cepat berjalannya waktu, semakin cepat pertumbuhanku menjadi gadis yang sayang mama-papa. Papa tetap sering menemaniku. Entah itu belajar atau bimbel. Jika aku sedang belajar di ruang tamu, papa selalu menemaniku sedangkan mama membuatkan kami cemilan. Setelah membuat cemilan, biasanya mama ikut bergabung menemaniku. Sangat banyak yang kami obrolin. Bercanda, serius, semuanya kami bicarakan. 
Tapi, sayangnya semua itu hanya kenangan. Aku sangat sedih ketika papa diam. Terbujur kaku dibalut kain putih, tidak berkutik. Aku hanya menangis dalam diam. Aku mencoba ikhlas tetapi tidak semudah itu. Aku merindukan kehadiran papa. Aku kangen papa memanggil namaku. Jika masih bisa, aku ingin memeluk dan mencium papa. Yang bisa aku lakukan saat ini adalah mendoakan papa. Papa pergi meninggalkanku sebelum aku bisa membahagiakan papa. 
Aku berjanji tidak akan menangis. Aku akan menjaga mama. Tapi, izinkan aku menangis jika aku ingin menangis. Sekuat apapun aku menahan, rasa ingin menangis pasti ada juga. Aku seharusnya tegar dan aku akan berusaha. Jane akan menjadi perempuan tegar yang selalu menjaga mama. Walaupun papa sudah berada disisiNya tetapi semua tentang papa akan tetap abadi di hati Jane.
Jauh dilubuk hatiku, aku sering merasa iri dengan teman-temanku yang masih bisa memeluk dan mencium papa :)
Read More..

Sabtu, 24 Maret 2012

Everything About Me

Hai, blogger :)
Postingan aku sudah lumayan banyak, kan? Tapi, aku masih saja belum memberitahu secara terperinci siapa aku sebenarnya. Pada mau tahu nggak siapa aku sebenarnya? Oh, tentu saja ingin tahu! Okelah, cekidot :)
Mungkin orang-orang sudah mengenal siapa aku. Jelas saja dong, aku kan temannya kambing pak lurah yang kemarin ditemukan di tong sampah sambil melambaikan bendera putih. Ya, benar! Aku adalah Biacocolate atau ENCOK yang bernama lengkap Fabia Yolana Jeni. Sungguh absurd tapi nyata. Ya, nikmati saja, ya, pemirsah :)
Apa sih arti dari namaku ini?
Apakah kalian ingin mengetahuinya? Jika iya, maka, aku ucapkan "Selamat Kalian Masuk di Acara Absurd Banget!"
Ya, gimana nggak absur coba? Makna dari namaku itu benar-benar absurd bin aneh. Baiklah, jika kalian memaksa. Berikut makna namaku:
Fabia-> Artinya Empat. Aku juga nggak tahu, bahasa darimana yang menyebutkan Fabia itu berarti empat.
Yolana-> Yogya, Lampung, Natar. Wah, yang ini benar-benar absurd tingkat Zeus bersemedi di gorong-gorong. Maksa banget wak! Mentang-mentang aku lahir di Yogya dan kemudian pindah ke Lampung dan daerah yang kami tempati adalah daerah Natar. Buset banget nggak nih? Apa kalian kaget? Ya, walaupun kaget, kalian tetap pengen tahu aku lebih dalam kan? Well, lanjut!
Jeni-> Artinya Juni. Ya, diambil dari bulan Juni karena aku lahir pada bulan Juni.
Jadi, kesimpulannya adalah aku merupakan anak ke-4 yang lahir di Yogya pada bulan Juni dan sekarang tinggal di Lampung tepatnya di daerah Natar. Rempong, bukan?
Kapan aku dilahirkan dan Apa hobi dan kesukaanku?
Aku dilahirkan di Yogya dari rahim mamaku bukan keluar dari batu atau dari timun sekitar 18-19 tahun yang lalu pada tanggal 4 Juni. Aku memiliki hobi yang sangat banyak. Apa saja itu? Hobiku adalah makan-tidur-makan lagi-tidur lagi-makan lagi-tidur lagi-begitu seterusnya. Oleh sebab itu, badanku jadi segede gaban. Kesukaanku adalah cocolate, popokepet (baca: Spongebob Squarepants), dan hape. Hahaha. Ya, begitulah.
Bagaimana sih karakter aku?
Aku merupakan cewek pendiam, lugu, lemah-lembut, dan polos. Tapi, dari penjabaran tersebut, tidak ada satu orangpun yang percaya aku seperti itu. Wah, aku tersungging, pemirsah. Aku kan emang lemah-lembut. Hihi. Apalah, masa teman-temanku mengatai aku sebagai cewek bringasan, preman pasar, jahil, dan grasak-grusuk. Ya, terserah, apapun dan bagaimanapun penjabaran seseorang mengenai aku, aku tetap unyuk dan menggemaskan kok. Udah nggak usah protes! :D
Aku kasih bocoran sedikit tentang aku. Aku sebenarnya cewek rame dan berisik yang sangat ceroboh. Tapi, ada saatnya aku menjadi pendiam. Kapankah itu? Aku menjadi pendiam ketika aku tidak nyaman dengan lingkungan sekitarku. Aku bisa menjadi sangat pendiam. Jadi, kalian bisa menyimpulkan, jika aku berisik berarti aku nyaman dan suka dengan lingkungan sekitar. Tapi, jika aku diam berarti aku tidak nyaman dan cenderung ingin meninggalkan lingkungan tersebut.
Bagaimana sih kehidupanku?
Wah, jika ada yang bertanya "Bagaimana kehidupanku?" aku jadi bingung sendiri. Mengapa? Karena kehidupanku sungguh absurd untuk diceritakan. Sebenarnya, kehidupanku hanya diisi oleh dua kejadian. Apakah itu? Yang pertama adalah kejadian menyedihkan dan yang kedua adalah kejadian memalukan. Sungguh ironi, pemirsah! Ya, begitulah.
Kontak Aku :)
Kalian ingin mengetahui aku lebih lanjut, pemirsah? Jika iya. Kalian bisa hubungi aku di via :
E-mai: yolana.407@gmail.com
YM: biayolanajeni@yahoo.co.id
Fb: Bia Yolana Jeni
Twitter: @biacocolate
Pin BB: Secret :D
No: Hp: Nggak punya hape :D

Sekiranya, hanya ini dulu ya yang aku kasih tahu. Salam kenal semuanya dari blogger amatiran :)
Biacocolate :D
Read More..

Jumat, 23 Maret 2012

Tenggelam (Part II)


Tenggelam dalam indah cintanya membuat aku tidak bisa berkutik dan berpaling ke gadis lain. Aku yakin, Vera telah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan cerdas di Australia. Tenggelam dalam rona kasih suci membuat aku tidak bisa melupakan dia sedikitpun. Aku dan Vera benar-benar sudah tidak pernah berhubungan. Lewat surat maupun lewat email. Aku hanya berharap dia tidak pernah melupakanku.
Aku sudah hampir setahun sekolah di SMA Global Pertama dan tidak mengambil beasiswa yang pernah aku pilih bersama Vera sebelumnya. Aku tidak ingin meninggalkan Lampung begitu saja. Aku akan terus menunggu kehadiran Vera hingga dia benar-benar tidak datang. Tapi, aku selalu yakin bahwa dia akan segera kembali. Aku tidak begitu bergairah dalam menjalani masa SMA-ku. Aku tidak seantusias dulu. Aku cenderung menjadi anak pendiam dan tak seorangpun berada di sampingku menjadi teman. Mereka terlalu lelah untuk bergabung bersama mereka. Berbagai cara  telah mereka lakukan supaya dapat berteman denganku tapi tidak berhasil dan semua itu membuat mereka merasa jera.
\(^.^)/
Tidak ada bedanya waktu demi waktu yang aku lalui dan seperti biasa aku pulang sekolah selalu naik angkot dan harus melewati jembatan penyeberangan untuk memudahkan aku menyeberang. Aku terus berjalan menatap jalan yang sedikit sesak dengan kendaraan bermotor dan orang-orang lalu lalang karena sekarang adalah jam pulang bagi semua sekolah. Jadi, jalan padat merayap.
Aku sedikit tersentak melihat seseorang yang berjalan tak jauh dariku. Aku sedikit ragu dengan apa yang aku lihat. Rambut hitam panjang yang ikal dengan menggunakan bando yang pernah aku lihat sebelumnya. Aku memicingkan mataku supaya dapat melihat dengan jelas. Aku segera memperpanjang langkahku supaya dapat menjangkaunya. Aku yakin itu pasti dia. Tapi, apakah benar itu dia? Apa ini hanya sebuah ilusi karena aku begitu merindukannya? Aku terus berjalan dan dia menoleh kepadaku. VERA! Iya, itu Vera.
“Vera!!!” Seruku sambil sedikit berlari.
Dia sadar akan kehadiranku dan dia berlari menjauhi. Vera? Apakah dia lupa denganku? Mengapa dia menjauh? Aku terus mengejar Vera.
“Vera! Tunggu! Ini aku, Mario!” teriakku berharap dia mendengar dan segera menghentikan langkahnya.
Semua orang yang berada di sekitar jembatan penyeberangan melihatku heran. Tapi, aku tidak memperdulikan tatapan itu. Aku hanya memperdulikan Vera. Aku terus berlari hingga menabrak tukang buah yang berada disisi jalan hingga membuat aku kehilangan jejak Vera. Aku menghela napas pasrah. Aku yakin itu bukan ilusi semata. Dia beneran Vera yang selama ini aku cari. Dia adalah Vera yang membuat aku tenggelam akan pesonanya. Dia adalah Vera yang aku rindukan kehadirannya. Tapi, mengapa dia tidak berhenti ketika aku menyebut namanya?
Aku kembali meneruskan jalan pulang. Pikiran tentang Vera membuat aku tidak fokus dengan angkot yang aku tumpangi. Hingga sebanyak dua kali, aku mengalami salah naik angkot. Aduh, Vera kamu kenapa menghindar dariku? Apakah kamu tidak merindukanku? Pikiranku terus melayang. Aku sudah sampai di perumahan. Aku sengaja melewati depan rumah Vera yang dulu ia tinggali sebelum pergi ke Australia. Aku berharap, aku dapat melihatnya disana. Jantungku berdegup kencang ketika menerka-nerka apakah ada Vera atau tidak. Semakin berdegup kencang ketika beberapa langkah lagi menjangkau rumah Vera. Dan hasilnya NIHIL! Keadaan rumah Vera tetap sepi. Apakah dia pindah rumah? Hatiku terus bertanya-tanya. Otakku terus mencari akal. Aku harus tahu dimana dia sekolah dan tempat tinggalnya. Tapi, dari seragam yang ia kenakan adalah seragam SMA Tirta International.
\(^.^)/
Aku sudah menunggu tidak jauh dari gerbang SMA Tirta International. Aku berharap aku bertemu dengan Vera disini. Aku yakin! Sebelum aku bertemu Vera, aku akan bertanya kepada beberapa siswa SMA Tirta International untuk memastikan bahwa Vera benar-benar sekolah disini.
“Hei, maaf, kenal sama Vera nggak? Dia anak baru. Rambutnya panjang…” ujarku tanpa melanjutkan perkataanku karena orang yang aku ajak bicara meninggalkanku begitu saja.
“Kenal sama Vera?” tanyaku pada seorang cewek.
“Ini Vera,” jawabnya sambil menunjuk ke cewek gendut yang berada di sebelahnya. Jelas saja itu bukan Vera yang aku maksud. Aku segera meninggalkan kedua cewek itu.
“Maaf, kalian kenal Alvera Indira nggak? Dia baru pindah dari Australia,” tanyaku pada segerombolan cewek.
Mereka saling tatap penuh tanda tanya dan serempak bilang tidak kenal. Aku hampir frustasi mendengar bahwa tidak ada satupun yang kenal dengan Vera. Mungkinkah kemarin hanya ilusiku semata? Aku rasa itu hanya ilusi. Segera aku meninggalkan sekolah ini. Tapi, ketika aku ingin melangkahkan kaki meninggalkan sekolah mewah ini, aku seorang cewek menghampiriku. Dia adalah Vera! VERA! Mataku terbelalak. Akhirnya, dia sadar bahwa kemarin adalah aku yang mengejar dia.
“Hai, Mario. Apa kabar?” tanya Vera setelah berada tepat di depanku.
“Hai, Ve. Aku baik. Aku senang akhirnya kamu kembali juga. Aku sungguh senang,” ujarku sedikit salah tingkah.
Aku merasa sedikit risih ketika banyak pasang mata menatapku heran. Ya, aku tahu, aku hanya seorang cowok biasa saja bahkan bisa dikatakan tidak tampan. Berbeda dengan Vera yang cantik. Tapi, apa cowok sepertiku tidak boleh dekat dengan cewek cantik seperti Vera? Peduli amat! Aku abaikan tatapan heran itu dan tetap berbicara dengan Vera yang aku rindukan.
“Vera, kemarin mengapa kamu lari? Apa kamu nggak liat aku? Atau kamu lupa aku?” tanyaku penasaran.
Vera tidak menanggapi apa yang aku tanya. Dia hanya menggandeng tanganku erat. Aku dapat merasakan lembut dan dingin tangannya. Tapi, aku menikmati semuanya.
“Mau nggak kita foto bersama? Aku kangen kamu. Terus kita maen di timezone. Mau ya,” ujarnya manja seperti biasa. Vera yang aku kenal.
Aku mengangguk tanda menerima tawarannya. Dia sungguh bersemangat.
Aku dan Vera mengunjungi Mall Kartini. Lagi-lagi semua mata menatap kami haren. Apa yang salah dengan kami? Bisakah jangan urusi masalah orang lain? Aku tidak peduli. Sepertinya Vera juga tidak memperdulikan tatapan aneh dari orang-orang yang melihat ke kami. Kami langsung meluncur ke lantai empat. Lumayan ramai juga. Jadi, kami sedikit mengantri untuk mendapat giliran. Kami saling berbicara dan mengatakan saling rindu. Aku menatap mata Vera. Mengapa sungguh sayu? Apakah dia sakit? Tidak sempat aku bertanya, giliran kami dipanggil. Semua mata terus menatap kami penuh tanya. Kami tidak peduli. Kami memasuki bilik yang sudah disediakan dan kami segera berpose sesuka kami. Dan selesai. Hasil cetakan telah jadi dan wajah Vera terlihat lucu disana. Tapi, mengapa agak samar? Tetap saja wajah Vera terlihat menggemaskan dengan pipinya yang digembungkan. Dan kemudian kami ke timezone untuk bermain. Semua mata tetap menatap kami dengan wajah bingung. Aku beneran kesal. Tapi, aku tahan.
“Pulang yok. Aku capek. Udah waktunya aku pulang,” ujar Vera.
“Baiklah,”
“Kamu pulang sendiri ya, Rio. Sudah ada yang menjemputku. Terima kasih untuk hari ini. Aku pasti merindukannya. Hati-hati ya, Rio,” ujar Vera meninggalkanku.
“Eh, sebentar! Siapa yang menjemputmu?” tanyaku setengah berteriak karena dia sudah agak jauh dariku berdiri. Dia hanya menatapku dan kemudian tersenyum. Manis. Aku hanya menatap punggung Vera hingga tidak terlihat lagi. Aku berjalan pulang dengan rasa penasaran luar biasa. Siapa yang menjemput Vera? Apakah kekasihnya?
\(^.^)/
“Mario? Darimana kamu?” tanya mamaku ketika aku baru sampai rumah. Tumben mamaku bertanya.
“Dari maen, Ma. Sama Vera. Vera udah balik ke Lampung ternyata lho, Ma,” ujarku sambil menghempaskan tubuhku ke sofa.
“Vera?” tanya papa dan mamaku serentak.
Apa-apaan nih? Mengapa kompak begitu? Apakah ada paduan suara?
“Baca ini!” ujar papaku sambil menyerahkan sebuah kertas. Aku mengerutkan keningku.
Date: 13 Maret 2011
Selamat siang, Pak Burhan. Saya ingin mengabari hal penting. Anak saya, Vera, selama ini mengalami penyakit kanker otak. Oleh sebab itu, mengapa saya bawa dia ke Australia. Ini semua untuk menjalani pengobatan. Kami sudah membawa Vera ke pengobatan radiasi bahkan kemoterapi. Tapi, tetap tidak ada tanda-tanda kesembuhan. Akhirnya, kemarin kami melakukan operasi pengangkatan kanker otak. Dan ternyata, pagi ini pukul 06.00 waktu Australia dia dinyatakan meninggal. Tolong beritahu Mario akan kejadian ini. Saya juga memberikan sebuah tulisan tangan yang dibuat Vera sebelum menjalankan operasi. Saya sudah melakukan scan tulisan Vera. Maaf, saya hanya bisa mengabari lewat email. Terima kasih. Mohon doa untuk anak saya.
Aku sedikit kaget membaca email dari om Alex. Bagaimana bisa ini terjadi? Sedangkan beberapa jam ke belakang, aku sedang jalan dengan Vera. Dan foto ini jadi buktinya.
“Ma, Pa. Vera nggak meninggal. Tadi, aku dan Vera ke Mall Kartini. Kalau kalian tidak percaya lihat foto ini,” ujarku sambil menggeledah isi tasku mencari foto tadi.
Dan aku memberikan kepada mama dan papaku.
“Hanya ada foto kamu sendiri, Mario,” ujar mamaku.
Aku rada kesal dan aku raih salah satu foto yang ada di tangan Mama. Oh, Tuhan! Benar saja difoto itu hanya ada aku yang sedang berpose dengan imutnya. Kemana Vera? Pantas saja tadi orang-orang di SMA Tirta International dan Mall kartini melihat aku dengan tatapan heran dan bingung. Ternyata itu bukan karena melihat aku dan Vera yang begitu kontras. Tapi, mereka melihat aku berbicara sendiri. Jadi, maksud Vera tadi di Mall Kartini dia merasa capek dan ingin pulang. Ternyata dia pulang ke sisiNya. Dan masalah dia dijemput. Ternyata dia dijemput oleh malaikat Izrail. Aku terduduk lemas. Aku tidak bisa menerima berita ini. Otakku tidak dapat mencerna setiap bagian ceritanya. Apakah ini hanya ilusi atau keajaiban Maha Kuasa? Aku tidak mengerti. Aku putuskan segera membaca kertas tulisan Vera yang telah di scan oleh om Alex.
Dear Mario,
Apa kabar, Mario? Aku harap kamu baik-baik saja disana. Aku juga baik-baik saja kok disini. Aku sangat merindukanmu. Aku besok akan operasi kanker otak. Hufb, aku berharap bisa menghabiskan waktu bersamamu sebelum operasi. Tapi, semua itu tidak bisa kita lakukan dan aku sadar jarak yang memisahkan kita. Mario, terima kasih sudah membuat hidupku menjadi lebih indah. Terima kasih sudah mengajarkan aku arti kerja keras. Jauh di dasar hatiku, aku sungguh menyayangimu. Aku harap kamu juga menyayangi aku. Udah dulu ya Mario. Aku harus istirahat untuk operasi besok. Bye
Yours, Vera
Aku benar-benar merasa sesak luar biasa. Aku belum sempat mengatakan aku sungguh menyayanginya dia sudah tidak ada. Aku juga ingin mengatakan bahwa karenanya hidupku terasa indah dan berarti. Aku percaya ini adalah keajaiban Tuhan. Kejadian hari ini yang sulit dipercaya adalah keajaiban Tuhan. Ntah, yang berjalan dengan aku adalah ilusiku tentang Vera atau bahkan arwah Vera, aku tidak tahu. Yang aku tahu, dia telah menghabiskan detik terakhirnya bersamaku. Aku percaya dia tenang disana. Walau hati ini sangat sedih mendengar berita ini, tapi, aku yakin Tuhan memiliki rencana yang lebih indah. Aku hanya berharap dapat memiliki Vera seutuhnya di surga nanti.
Bagaimanapun, aku telah tenggelam dalam kehangatan hembusan cinta yang terpancar di tatapan matanya. Selamat jalan Vera. Tenanglah disisiNya. Aku sungguh menyayangimu walau aku belum sempat berkata.  
Read More..