Selamat malam,
Pemirsah! Kembali lagi bersama cewek unyuk dan menggemaskan. Aku rasa aku nggak
perlu kasih tahu lagi, siapa aku sebenarnya karena tentu saja kalian sudah
mengenal aku. Aku kan
pacarnya Ricky Harun. Please deh,
jangan protes! Bisa kali ya kalian buat aku senang sedikit? Sedikit saja loh
Pemirsah yang baik. Nggak ada salahnya, kan ?
Eh, lagi pada
ngapain nih? Aduh, aku sedang bosan nih di rumah sendirian. Ada yang mau nemenin aku nggak? Oh, iya,
biasanya malam-malam begini pacarku yang ganteng selalu menemaniku loh. Eh? Dia
nggak ke rumah! Dia nemenin aku lewat sms atau telpon. Jadi, para Pemirsah, jangan
berpikir yang aneh-aneh. Ingat, aku adalah cewek pendiam, unyuk, dan
menggemaskan. Jadi, tentu saja pacarku sangat sayang sama aku. Narsis dikit
nggak apa-apa, kan ?
Nggak boleh protes! Dalam acaraku nggak ada yang boleh protes. Hukumnya haram,
Pemirsah!
Hmm, malam-malam
begini di depan komputer sambil mendengarkan lagu yang mengalun merdu dan ditemani
segelas jeruk nipis hangat, itu rasanya bagaikan kencan bersama babang Ricky
Harun. Mantap! Extraordinary! Perfecto! Jangan envy sama aku ya, Pemirsah. Hehehe. Jangan ada yang protes! Ayolah,
buat aku senang sedikit saja. Aku mohon. Aku sudah diputusin sama kambing pak
lurah, masa iya, kalian nggak mau buat aku senang sedikit saja. Aku nangis ah.
Rayu aku! RAYU! Aku lagi nangis ini. Rayu aku dong, Pemirsah! RAYU! Itu sudah
di capslock loh tetapi mengapa kalian
tidak merayu aku? Mengapa? Apa aku bau, Pemirsah? Aku sudah mandi loh.
Jarang-jarang kan
aku mandi. Bersyukurlah kalian.
Eh, pemirsah.
Kok tiba-tiba aku ingat dengan kenakalanku ya. Eits, kalian jangan pernah
memandang aku ini baik-baik aja loh. Walaupun aku unyuk dan menggemaskan, tapi,
waktu kecil aku anaknya nakal banget. Ck! Aku ini mantan preman pasar. Jadi,
buat kalian yang nakan sama aku, siap-siap saja aku pentung pake pohon toge.
Bayangkan kesakitan yang kalian rasakan.
Sudah lupakan.
Kalian ini membuat pikiranku jadi pecah. Sudah tahu aku pelupa. Masih saja
diajak ngobrol ngalor-ngidul. Aku kan
jadi lupa apa yang mau aku ceritain. Pemirsah, inget nggak? Bukan! Bukan Ricky
Harun. Aduh, apa ya? Please deh,
jangan sebut nama kambing pak lurah lagi! Aku sudah mati rasa sama dia. Ah,
kalian mah pelupa juga. Apa ya kira-kira? Kencur gorenglah!
Aha! Aku ingat
pemirsah. Berkat kencur goreng, akhirnya aku ingat apa yang akan aku ceritakan
pada malam ini. Oke, Pemirsah. Rapikan pakaian kalian, tutup rapat-rapat yang
perlu ditutup, serta ikat kan
sabuk pengaman di dada kalian. Dan sekarang waktunya meluncur. Pegangan
erat-erat ya! Cerita macam apa ini, Pemirsah?
Aku suka
mencubit orang! Ya, itu hobiku saat aku masih kecil. Eh, jangan pada kabur.
Sekarang aku sudah sedikit jinak kok. Aku tahu pemirsah, aku sangat sangar
untuk ukuran cewek unyuk dan menggemaskan seperti aku. Tapi, ketahuilah bahwa
aku tetap unyuk dan menggemaskan.
Saat itu aku
masih umur berapa ya? Aduh, aku sedikit ingat dan banyak lupa, Pemirsah. Aduh,
kenapa aku lupa dalam keadaan seperti ini? Okelah, pakai kisaran saja ya,
Pemirsah. Yang jelas saat itu aku masih TK. Entah umur lima tahun atau berapa deh. Intinya, aku
sangat menggemaskan dan cacingan. Tulang semua nggak kayak sekarang yang
kelebihan lemak. Nggak usah senyum-senyum!
Rumahku belum
disini. Rumahku masih disitu. Jarak rumah disini jauh dengan disitu. Disini
ramai sedangkan disitu sepi. Nah loh, jadi, pada bingung gini. Lupakan! Jadi,
intinya, aku belum menempati rumah yang ini. Rumahku dulu depannya jalan
setapak dan beberapa meternya adalah kebon. Aku dari dulu emang sudah jahil,
Pemirsah.
Jadi, rumahku
dekat dengan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Setiap sore sekitar jam empat-an
ada seorang anak cewek yang melewati ke rumah menuju ke tempat TPA. Cewek tersebut
umurnya lebih tua dari aku. Mungkin kelas satu atau kelas dua. Aku nggak tahu
persisnya berapa.
Jadi, setiap
anak itu melewati rumahku. Aku dari balik pagar keluar begitu saja dan berdiri
tepat dihadapannya. Dia sedikit terkejut. Tinggiku dan dia tidak jauh beda. Aku
dulu nggak cebol-cebol amat loh, Pemirsah. Setelah membuat cewek itu
terkaget-kaget, aku segera mencubit pipinya. Satu menit. Dua menit. Lima menit. Akhirnya,
pipinya merah dan dia menangis. Aku segera lari masuk rumah. Persis anak tuyul,
Pemirsah. Aku bahagia banget, Pemirsah. Entah, aku merasa sangat bahagia
setelah membuat anak orang menangis. Aku cekikikan sendiri. Sampai-sampai
mamaku heran. Kenapa anaknya jadi gila? Tenang mama, aku hanya merasa puas saja
membuat anak orang menangis.
Keesokan harinya,
anak itu kembali melewati rumahku. Dan dia tetap pasrah saja ketika aku cubit
pipinya. Dia menangis dan aku tertawa. Hingga berlangsung selama tiga hari.
Hari keempat dan seterusnya, aku tidak pernah melihat dia lagi. Aku rasa dia
berhenti mengikuti pelajaran di TPA itu dan pindah ke TPA lain. Coba ya, di surat kabar ada berita
tentang: Seorang Anak Tuyul Mencubit Pipi
Gadis Kecil. Ya, ampun! Aku pasti menjadi
terkenal, Pemirsah. Sayangnya, semua itu hanya mimpiku.
Aku pikir, aku
sungguh jahat ya, Pemirsah. Sudah membuat anak orang menangis dan pindah
belajar TPA. Ya, ampun! Tapi, sekarang aku sudah tobat loh, Pemirsah. Aku
sekarang tumbuh menjadi gadis yang unyuk dan menggemaskan. Makanya Ricky Harun
suka sama aku. Hihihi. Jangan protes!
Sudah ah,
Pemirsah. Aku mau pemotretan dulu sama kaki ayam spesial. Papay. Muuaaah.
#ciuman dari ayam tuh.
0 komentar:
Posting Komentar