Pages



Kamis, 19 April 2012

Gutter and I


Hulalala pemirsah tercintah. Hmmm, pagi-pagi gini menghirup aroma mantap dari nasi goreng buatan mamaku membuat aku-cewek pendiam, unyuk, dan menggemaskan- menjadi sangat lapar. Perut buncitku sudah menggedor-gedor supaya aku segera memberikan asupan. Maklum, sudah lima abad nggak makan nasi goreng. Kesian ya, Pemirsah. Hiks. Kayak gitu kalian masih sering nge-bully aku. Emang nggak ada rasa kasihan yang kalian miliki untuk aku. Kenapa sih pemirsah? Apa aku terlalu unyuk dan menggemaskan? Hingga kalian merasa envy yang sangat luar biasa. Ck! Sudah jelas banget.
Sambil menunggu nasi goreng buatan mamaku selesai dihidangkan, aku mau bernostalgila ke masa dimana aku masih sangat dan sangat unyuk-cungkring. 
Maklum Pemirsah, dulu aku kurus karena kekurangan gizi. Eh, sekarang malah kelebihan gizi hingga tubuhku berubah menjadi buntelan kentut. Sungguh menyedihkan, bukan? Jangan salahkan aku Pemirsah. Semua ini adalah salah anak kambing pak lurah yang selalu mengajak aku lomba makan yang banyak. Oleh sebab itu, tubuhku jadi gembrot dan dipenuhi dengan lemak. Tali mana tali? Buat ngiket kambing pak lurah yang nggak bisa diem.
Pemirsah, ikuti terus perjalanan ceritaku. Aku bingung mau cerita darimana. Okay, let's enjoy it!
Pemirsah, dulu ketika kecil kalian suka main apa? Aku sih banyak. Main gundu (kelereng), yoyo, petak umpet, benteng, dan lain-lain. Aku nggak pernah main barbie. Entah, aku nggak suka sama barbie. Aku lebih suka dengan permainan anak laki-laki. Jaman dulu belum ada BlackBerry pemirsah, Android-pun nggak ada. Nggak kayak jaman sekarang pemirsah, anak SD sudah pegang BB yang aku pun nggak punya. Aku pake BB (Batu Bata), beda nama. Sebenarnya, bukan itu sih yang mau aku bicarakan. Hihi. 
Naik sepeda. Itu sudah menjadi kesukaanku sejak lahir. Saat di dalam perut mamaku-pun, aku suka mengendarai sepeda. Halah, semakin absurd saja nih cewek.
Saat itu, aku masih duduk di bangku kelas 4 SD. Aku, mbakku, dan almarhum papa berencana ke bengkel sepeda. Maklum, sepedaku sudah gembos, pemirsah. Harus di servis. Ajegile, diservis Pemirsah.
Setelah diservis, kami pulang. Hmmm, gini pemirsah. Beberapa meter dari rumahku adalah comberan. Kalian tahu-kan apa itu comberan? Comberan itu paretan. Comberannya lumayan lebar, jadi, ada sebuah jembatan yang ukurannya kira-kira satu meter untuk menjangkau kami kembali ke rumah. Aku berada disisi kanan jembatan. Sambil mengendari sepeda. Eh, tiba-tiba, sepeda yang aku kendarai ditabrak mbakku. Bayangkan Pemirsah! Ditabrak! Sepedaku ditabrak! Ah! Kencur goreng!
Dan kalian tahu apa yang terjadi? Ya! Benar! Aku terjungkal masuk ke comberan dengan sukses. Ucapkan selamat! Jangan lupa berikan aku tepuk tangan yang meriah. Terima kasih.
Ya ampun, pemirsah. Seneng amat kali. Udah deh, nggak usah dibayangin. Aku jatuh. Butuh babang Ricky Harun. Tubuhku yang mungil, hitam semua dipenuhi air comberan yang hitam. Parahnya, tanpa sengaja aku menelan sedikit air comberan. Itu kan jorok banget pemirsah. Ya ampun! Aku nangis. Bukan karena aku jatuh melainkan karena aku minum air comberan. Ukh! Sungguh naas sekali pemirsah. Mengapa ini terjadi pada cewek unyuk dan menggemaskan seperti aku? Mengapa pemirsah? MENGAPA? Jelaskan padaku!
Ya, walaupun begitu, aku tetap cinta sama sepeda. Kejadian ini sulit aku lepaskan dari memoriku. Ceileh. 
Aduh, aku disuruh makan nih pemirsah. Besok lagi ya. Terus tunggu aku dalam acara Menggila Bersama Cewek Absurd. Okay, aku mau makan dulu. Papay. 
Ups, lupa! Mengapa aku memberi judul Gutter and I? Karena untuk kelihatan lebih kece, Pemirsah. Pasti kalian berpikir, “Wah, Bia keren pake bahasa Inggris. Pasti keren juga nih cerita!” Hebat kan pemikiran aku, Pemirsah? Maklum, aku kan primadona di dunia perkambingan. Jadi wajib pinter. Walaupun cuma sedikit. Gutter tuh bahasa Inggris dari comberan. Hari ini, aku lumayan cerdas bukan? Udah ah, aku lapar. Papay.

Cerita di atas hanya cerita yang absurd karena Bia selalu menceritakan hal absurd. Semoga yang membaca tidak menjadi absurd dan tidak ilfeel dengan cewek absurd ini. Jangan salahkan aku jika kalian semakin absurd setelah membaca cerita absurd ini. Cerita ini hanya hiburan yang tidak pantas di publikasikan. Salam per-absurd-an!
˘) 

| Free Bussines? |

0 komentar:

Posting Komentar