Pages



Rabu, 18 April 2012

(Masih) Kelakuan Nakalku


Halo, Pemirsah sejagat raya. Pasti kalian sedang memikirkan cewek terunyuk ini. Iya, kan? Sudah deh ngaku aja. Nggak apa-apa kok. Sudah biasa aku dipikirin banyak orang. Aku kan primadona dunia perkambingan. Sudah tidak diragukan lagi. Eh, pemirsah, terkadang aku bingung loh, kenapa ya aku ini unyuk dan menggemaskan? Ya, aku tahulah bahwa aku adalah primadona kambing abad ini. Tapi, kenapa aku bisa seunyuk ini? Ya, ampun! Terkadang kambing-kambing seperguruan suka envy gitu sama aku. Aku kan lugu dan pendiam, jadi, aku tidak terlalu mempermasalahkannya. Ya, meski suka jengkel juga sih.
Eh, pemirsah, kelakuan yang kalian inget sampe detik ini apa saja? Pasti kelakuan kalian unyuk-unyuk ya? Hmmm, mungkin sedikit berbeda dengan punyaku.
Setelah dengan sukses membuat anak orang berhenti belajar TPA, kenakalanku nggak berhenti samapi disitu. Sangat banyak kelakuan nakalku yang membuat kambing pak lurah merasa ilfeel sama aku. Saus tartar lah! Kenapa kambing pak lurah harus ilfeel? Kenapa? Aku kan sudah mencoba menjadi unyuk dan menggemaskan. Tapi, kenapa dia masih ilfeel? Kenapa? Oh, pemirsah. Aku patah hati. Gayung mana gayung?
Mau gimana lagi, pemirsah. Sudah aku bilang, walaupun aku unyuk dan menggemaskan, aku memang nakal saat masih kecil. Jahil. Kenakalanku sungguh kejam. Aku pindah rumah loh pemirsah. Kira-kira aku sudah SD atau masih TK nol besar ya? Wah, ke-amnesia-anku kambuh lagi pemirsah. Emang suka kayak gini. Kalau lupa, amnesianya kumat.
Saat baru pindah, aku masih bersikap normal. Pindah rumah berarti mempunyai tetangga baru, kan? Nah, tentu saja aku juga punya tetangga baru. Tetanggaku itu memiliki beberapa anak dan anak bungsunya kira-kira berumur tiga atau empat tahun. Dia cengeng pemirsah. Aku nggak suka sama anak cengeng. Aku nakal pemirsah. 
Aku nggak suka sama anak yang bentar-bentar nangis. Itu berisik banget, Pemirsah. Aku kan cinta damai. Aku pernah lihat dia nangis di samping rumahku. Aku sedang main kelereng sendirian. Hiks, aku kan nggak punya teman, Pemirsah. Kambing-kambing pak lurah belum kenal aku dulu. Sungguh ironi. Gayung mana gayung?
Jadi, ketika dia menangis dan membuyarkan konsentrasiku dalam bermain kelereng. Aku dekati dia. Dia masih menangis. Aku duduk di hadapannya dan aku terus melihati dirinya. Dan tangisnya semakin kuat. Penghinaan pemirsah! Ini penghinaan! Mengapa tangisnya semakin kuat ketika melihat aku? Mengapa Pemirsah? Mengapa? Apakah wajahku tidak secantik kambing pak lurah? Sungguh sakit pemirsah! SAKIT! Ini penghinaan tingkat kelurahan. Aku sebel!
Karena dia masih menangis. Akhirnya, aku pelototin dia dan aku tarik bibirnya supaya diam. Dia diam, Pemirsah! Memang hebat aku ini. Ayo, beri aku tepuk kaki. Jarang-jarang aku bisa diemin anak orang. Biasanya aku kan bergaul sama anak kambing. Setelah, tidaka da suara berisik dari anak tersebut kemudian aku lepaskan tanganku. Eh, dia nangis lagi. Kenapa dia nangis lagi? Aku takut pemirsah. Aku takut ibunya dateng. Jadi, aku injek kakinya dan aku meninggalkannya sendirian. Masih menangis. Aku kabur!
Aku pikir, aku aman karena orang tuanya tidak tahu bahwa anaknya telah dianiaya sama cewek unyuk. Eh, ternyata, ibunya datang tanpa sepengetahunku. Dan aku kena marah. Hiks, kencur goreng! Cewek unyuk dan menggemaskan ini dimarahin tetangga baru. Karung mana karung?
Hiks. Sudah deh, jangan ketawain aku. Nggak kesian tah sama aku? Aku pulang ke rumah setelah dimarahi ibu anak cengeng itu. Ya, ampun! Apakah aku jahat pemirsah? Tapi, tenang saja. Aku sudah jinak kok.
Eh, ada telepon dari babang Ricky Harun. Besok lagi ya, pemirsah. Papay.
Pesan: Cerita di atas hanya untuk hiburan semata. Bagaimanapun kehidupan yang aku alami adalah kehidupan absurd. Jangan protes. Intinya, aku masih unyuk dan menggemaskan. Semoga terhibur. Jika cerita ini semakin garing, maka, jangan lupa untuk digoreng dan dimakan sama lontong sayur. Berasa kerupuk ya, pemirsah. Udah ah.
Cerita ini hanya cerita absurd belaka. Jika terjadi ke-absurd-an yang berlebihan maka salahkan penulis amatiran ini. Salam per-ojeg-payung-an! Yeah!


| Free Bussines? |

0 komentar:

Posting Komentar