Pages



Selasa, 01 Mei 2012

Ketika Aku Bernyanyi


Halo, Pemirsah! Sudah sekian lama aku tidak menampakkan diri. Kalian kangen sama aku nggak, Pemirsah? Wah, pastinya kangen dong. Aku kan unyuk dan menggemaskan. Siapa sih yang nggak kangen sama aku? Tentu saja nggak ada. Hahaha. Narsis banyak nggak apa-apa, kan? Hobiku kan ngojek payung, jadi, sudah dipastikan untuk bernarsis ria. Itu sudah menjadi kewajibanku. Mengapa? Nggak suka? Sudah deh, lanjutin saja baca cerita abal-abal ini.
Sesungguhnya, aku nggak tahu mau cerita apa. Tapi, aku sangat yakin kalian kangen sama aku. Jadi, mau nggak mau, aku harus membuat sebuah cerita absurd untuk kalian. Kurang baik apa coba aku ini? Kayak gitu kalian masih sering nge-bully aku? Jahat! Kalian sungguh jahat!
Pemirsah, kalian pernah mengalami hal memalukan apa di kelas? Kalau aku? Hmm, aku pikir kalian sudah tahu bahwa hidupku hanya dipenuhi dengan kejadian memalukan dan memalukan. Masa kalian nggak inget sih, Pemirsah? Aku sudah pernah jelaskan ini sebelumnya loh. Ya, seperti kalian senang kalau aku harus mengakuinya lagi, lagi, dan lagi. Sampai kalian tertawa bangga. Ck! Seneng amatlah kalau nge-bully aku. Apakah aku belum unyuk dan menggemaskan di mata kalian? Ah, terserah! Intinya, aku unyuk dan menggemaskan! Dilarang protes di wilayah aku. Jadi, kalian diam dan tenang. Bacalah tulisan absurd ini hingga selesai. Jangan coba-coba untuk meninggalkan tulisan ini! Aku melihatnya. Ingat, Pemirsah, dihati kalian ada aku. Hihi. Aku bisa ngegombal, Pemirsah! Ucapkan selamat dong.
Malam ini, suara babang-babang westlife mengalun merdu menemaniku di rumah sendirian. Malam ini aku kok kepikiran sama kejadian bodoh di kelas, ya? Ada apakah gerangan, Pemirsah? Apakah babang Ricky Harun menerima cintaku? Apakah kambing pak lurah mulai memaafkanku? Atau aku mendapatkan payung baru? Ada apa, Pemirsah? Ada apa? Aha! Pasti, aku mendapat award sebagai perempuan abal-abal yang pendiam, unyuk serta menggemaskan pada abad ini. Sudah kuduga sebelumnya, Pemirsah. Terima kasih yang sudah mendukungku selama ini. Cium-peluk dari kambing pak lurah.
Eh, itu kenapa ngebahas diriku yang unyuk sih? Ayolah, lupakan! Semua orang sudah tahu kalau aku ini unyuk dan menggemaskan. Lupakan! Aku mau cerita tentang kejadian bodoh di kelasku loh. Jadi, jangan paksa aku untuk bilang aku unyuk dan menggemaskan untuk keseribu kalinya. Sudah dong! Jangan paksa!
Kelas X-4. Itulah kelasku dulu, Pemirsah. Aku masih sangat, sangat, dan sangat unyuk serta menggemaskan. Aku duduk di deretan depan. Bukan! Aku bukan anak yang rajin sehingga duduk di deretan depan. Aku suka datang terlambat ke sekolah sehingga membuat aku harus menerima duduk di depan hingga setahun ke depan. Bangku itu sengaja dikosongkan untuk aku. Sudah kubilang, aku ini unyuk dan menggemaskan, jadi, ada seseorang yang sengaja menyisakan bangku untukku. Sudah deh, Pemirsah, nggak usah terharu gitu. Biasa saja.
Kapan ceritanya, BIA?!? Ups, maaf, Pemirsah. Aku suka lupa diri. Tenang, aku pendiam kok. Okidoki, kita mulai ya, Pemirsah.
Hari itu sedang belajar sosiologi. Samping kelasku ada sebuah rumah warga. Hanya dipisah oleh dinding yang lumayan tinggi, jadi, aku nggak tahu bentuk rumahnya seperti apa. Intinya, kalau yang punya rumah sedang mendengarkan lagu dari DVD, pasti terdengar di kelasku. Jadi, saat itu, guruku sedang asyik menerangi pelajaran di depan kelas dan pikiran aku entah kemana. Tiba-tiba, rumah di samping kelasku melantunkan lagu Wali dan aku lupa judulnya. Mau tahu apa yang aku lakukan, Pemirsah? Ya, benar! Aku ikutan nyanyi! Tanpa sadar semua mata sudah tertuju padaku. Aku sadar ketika aku sudah tidak mendengar suara guruku menjelaskan. Ternyata, semua warga kelas X-4 dan guru sosiologiku sedang terpana mendengar suaraku yang cempreng. Dengan segera, aku mendekap mulutku. Aku hanya bisa cengengesan, Pemirsah. Ya, itulah pengalaman bodoh di kelas.
Eh, jangan pergi dulu! Ada lagi nih!
Maklum, Pemirsah, kejadian konyol seperti itu nggak hanya satu tetapi buanyak! Hmm, sungguh menyedihkan, bukan? Memang! Beginilah nasib si pengojeg payung yang unyuk dan menggemaskan. Seandainya ada babang Ricky Harun disini. Aku ingin dia membantuku untuk ojeg payung. Pasti seru. Ini kenapa ngomongin ojeg payung sih? Aduh, Pemirsah ini gimana sih? Harus konsisten dong jadi orang. Lanjut!
Kejadian memalukan ini terjadi saat aku masih menikmati bangku pak lurah, eh, maksudnya bangku kelas XI IPA 2. Ajegile, anak abal-abal ini masuk IPA. Hanya kebetulan, Pemirsah. Jadi, saat itu kelasku sedang belajar bahasa Inggris. Teman-temanku sedang sibuk mengerjakan soal, begitu juga denganku. Oh, iya. Aku lupa. Kelasku yang ini nggak sebelahan dengan rumah warga lagi loh. Jadi, nggak bisa dengerin musik gratis lagi. Hiks. Kencur!
Okey, kembali ke kelas. Aku dan teman-teman sedang sibuk mengerjakan tugas yang diberikan pada guruku. Tiba-tiba aku nyeletuk, “Di radio, aku dengar lagu kesayanganmu.” Dengan cepat, pandanganku menyapu setiap kelasku. Semua teman-temanku dan guruku sudah menatapku bingung. Lagi-lagi aku Cuma cengengesan. Aku pikir, Pemirsah, suaraku sangat pelan. Ternyata, suaraku bisa menghipnotis teman-teman yang sedang mengerjakan soal. Ckck. Hebat bukan, Pemirsah? Sebenernya, aku juga nggak sadar kenapa bisa nyanyi begitu. Ya, ampun! Hebat sangat!
Ya, itulah kejadian absurd-ku untuk malam ini. Sampai ketemu lagi diceritakan yang lebih absurd. Semoga ceritaku semakin absurd dan selalu absurd. Mohon dukungannya.
Efek samping dari membaca tulisan ini: Ingin dicium oleh kambing pak lurah. Jadi, harap hati-hati. Kalau bisa, jangan dibaca! Bisa berabe loh, Pemirsah. Emangnya, kalian mau dicium kambingnya pak lurah? Makanya, jangan dibaca.
Kalau terjadi apa-apa dengan kalian, jangan salahkan aku loh. Aku sudah katakan jangan baca tulisan ini. Tapi, kalian malah menuntaskannya. Ya, aku angkat tangan saja.
Sudah ya, aku mau kencan sama babang Ricky Harun. Papay. 

| Free Bussines? |

0 komentar:

Posting Komentar