Halo, Pemirsah!
Sudah sekian lama aku tidak menampakkan diri. Kalian kangen sama aku nggak,
Pemirsah? Wah, pastinya kangen dong. Aku kan
unyuk dan menggemaskan. Siapa sih yang nggak kangen sama aku? Tentu saja nggak
ada. Hahaha. Narsis banyak nggak apa-apa, kan ? Hobiku kan ngojek payung, jadi, sudah dipastikan
untuk bernarsis ria. Itu sudah menjadi kewajibanku. Mengapa? Nggak suka? Sudah
deh, lanjutin saja baca cerita abal-abal ini.
Sesungguhnya,
aku nggak tahu mau cerita apa. Tapi, aku sangat yakin kalian kangen sama aku.
Jadi, mau nggak mau, aku harus membuat sebuah cerita absurd untuk kalian. Kurang baik apa coba aku ini? Kayak gitu
kalian masih sering nge-bully aku?
Jahat! Kalian sungguh jahat!
Pemirsah, kalian
pernah mengalami hal memalukan apa di kelas? Kalau aku? Hmm, aku pikir kalian
sudah tahu bahwa hidupku hanya dipenuhi dengan kejadian memalukan dan
memalukan. Masa kalian nggak inget sih, Pemirsah? Aku sudah pernah jelaskan ini
sebelumnya loh. Ya, seperti kalian senang kalau aku harus mengakuinya lagi,
lagi, dan lagi. Sampai kalian tertawa bangga. Ck! Seneng amatlah kalau nge-bully aku. Apakah aku belum unyuk dan
menggemaskan di mata kalian? Ah, terserah! Intinya, aku unyuk dan menggemaskan!
Dilarang protes di wilayah aku. Jadi, kalian diam dan tenang. Bacalah tulisan absurd ini hingga selesai. Jangan
coba-coba untuk meninggalkan tulisan ini! Aku melihatnya. Ingat, Pemirsah,
dihati kalian ada aku. Hihi. Aku bisa ngegombal, Pemirsah! Ucapkan selamat
dong.
Malam ini, suara
babang-babang westlife mengalun merdu
menemaniku di rumah sendirian. Malam ini aku kok kepikiran sama kejadian bodoh
di kelas, ya? Ada
apakah gerangan, Pemirsah? Apakah babang Ricky Harun menerima cintaku? Apakah
kambing pak lurah mulai memaafkanku? Atau aku mendapatkan payung baru? Ada apa, Pemirsah? Ada apa? Aha! Pasti, aku
mendapat award sebagai perempuan
abal-abal yang pendiam, unyuk serta menggemaskan pada abad ini. Sudah kuduga
sebelumnya, Pemirsah. Terima kasih yang sudah mendukungku selama ini.
Cium-peluk dari kambing pak lurah.
Eh, itu kenapa
ngebahas diriku yang unyuk sih? Ayolah, lupakan! Semua orang sudah tahu kalau
aku ini unyuk dan menggemaskan. Lupakan! Aku mau cerita tentang kejadian bodoh
di kelasku loh. Jadi, jangan paksa aku untuk bilang aku unyuk dan menggemaskan
untuk keseribu kalinya. Sudah dong! Jangan paksa!
Kelas X-4.
Itulah kelasku dulu, Pemirsah. Aku masih sangat, sangat, dan sangat unyuk serta
menggemaskan. Aku duduk di deretan depan. Bukan! Aku bukan anak yang rajin
sehingga duduk di deretan depan. Aku suka datang terlambat ke sekolah sehingga membuat
aku harus menerima duduk di depan hingga setahun ke depan. Bangku itu sengaja
dikosongkan untuk aku. Sudah kubilang, aku ini unyuk dan menggemaskan, jadi,
ada seseorang yang sengaja menyisakan bangku untukku. Sudah deh, Pemirsah,
nggak usah terharu gitu. Biasa saja.
Kapan ceritanya,
BIA?!? Ups, maaf, Pemirsah. Aku suka lupa diri. Tenang, aku pendiam kok.
Okidoki, kita mulai ya, Pemirsah.
Hari itu sedang
belajar sosiologi. Samping kelasku ada sebuah rumah warga. Hanya dipisah oleh
dinding yang lumayan tinggi, jadi, aku nggak tahu bentuk rumahnya seperti apa.
Intinya, kalau yang punya rumah sedang mendengarkan lagu dari DVD, pasti
terdengar di kelasku. Jadi, saat itu, guruku sedang asyik menerangi pelajaran
di depan kelas dan pikiran aku entah kemana. Tiba-tiba, rumah di samping
kelasku melantunkan lagu Wali dan aku lupa judulnya. Mau tahu apa yang aku
lakukan, Pemirsah? Ya, benar! Aku ikutan nyanyi! Tanpa sadar semua mata sudah
tertuju padaku. Aku sadar ketika aku sudah tidak mendengar suara guruku
menjelaskan. Ternyata, semua warga kelas X-4 dan guru sosiologiku sedang
terpana mendengar suaraku yang cempreng. Dengan segera, aku mendekap mulutku.
Aku hanya bisa cengengesan, Pemirsah. Ya, itulah pengalaman bodoh di kelas.
Eh, jangan pergi
dulu! Ada lagi
nih!
Maklum, Pemirsah,
kejadian konyol seperti itu nggak hanya satu tetapi buanyak! Hmm, sungguh
menyedihkan, bukan? Memang! Beginilah nasib si pengojeg payung yang unyuk dan
menggemaskan. Seandainya ada babang Ricky Harun disini. Aku ingin dia
membantuku untuk ojeg payung. Pasti seru. Ini kenapa ngomongin ojeg payung sih?
Aduh, Pemirsah ini gimana sih? Harus konsisten dong jadi orang. Lanjut!
Kejadian
memalukan ini terjadi saat aku masih menikmati bangku pak lurah, eh, maksudnya
bangku kelas XI IPA 2. Ajegile, anak abal-abal ini masuk IPA. Hanya kebetulan,
Pemirsah. Jadi, saat itu kelasku sedang belajar bahasa Inggris. Teman-temanku
sedang sibuk mengerjakan soal, begitu juga denganku. Oh, iya. Aku lupa. Kelasku
yang ini nggak sebelahan dengan rumah warga lagi loh. Jadi, nggak bisa dengerin
musik gratis lagi. Hiks. Kencur!
Okey, kembali ke
kelas. Aku dan teman-teman sedang sibuk mengerjakan tugas yang diberikan pada
guruku. Tiba-tiba aku nyeletuk, “Di radio,
aku dengar lagu kesayanganmu.” Dengan cepat, pandanganku menyapu setiap
kelasku. Semua teman-temanku dan guruku sudah menatapku bingung. Lagi-lagi aku Cuma
cengengesan. Aku pikir, Pemirsah, suaraku sangat pelan. Ternyata, suaraku bisa
menghipnotis teman-teman yang sedang mengerjakan soal. Ckck. Hebat bukan,
Pemirsah? Sebenernya, aku juga nggak sadar kenapa bisa nyanyi begitu. Ya,
ampun! Hebat sangat!
Ya, itulah
kejadian absurd-ku untuk malam ini.
Sampai ketemu lagi diceritakan yang lebih absurd.
Semoga ceritaku semakin absurd dan
selalu absurd. Mohon dukungannya.
Efek samping dari membaca tulisan ini:
Ingin dicium oleh kambing pak lurah. Jadi, harap hati-hati. Kalau bisa, jangan
dibaca! Bisa berabe loh, Pemirsah. Emangnya, kalian mau dicium kambingnya pak
lurah? Makanya, jangan dibaca.
Kalau terjadi
apa-apa dengan kalian, jangan salahkan aku loh. Aku sudah katakan jangan baca
tulisan ini. Tapi, kalian malah menuntaskannya. Ya, aku angkat tangan saja.
Sudah ya, aku
mau kencan sama babang Ricky Harun. Papay.
0 komentar:
Posting Komentar