Pages



Jumat, 17 Agustus 2012

Kelereng


Hulala. Kelereng adalah salah satu permainan favorit masa kecilku. Masa kecil, aku tidak bermain Barbie tetapi aku bermain yoyo, petak umpet, benteng, permainan seru lainnya dan salah satunya kelereng. Jangan salah, gini-gini aku jago memainkan permainan ini. Hanya modal 1 kelereng dapat menghasilnya banyak kelereng.
Selain hobi bermain kelereng, aku juga hobi mengoleksi kelereng. Ya, apapun jenis kelerengnya, aku demen. Mulai dari jenis Persia, Spink, ataupun Angora, aku miiki. Ini sebenernya koleksi kelereng atau kucing sih? Jangan protes! Ini tulisanku, jadi, suka-suka aku dong. Hahahaha. Kalo nggak suka, ya, disuka-sukain dong. Masa gitu saja ngambek. Entar jeleknya kelihatan loh. Buahahaha.
Back to Kelereng kece.
Jamannya SD itu paling enak. Kita masih unyuk-unyuk –aku sih sampe sekarang masih tetep unyuk– dan kita tidak dipusingkan dengan masalah cintrong yang bikin galau dadakan. Hahaha. Yang ngerasa galau pasti tersindir. Emaap :D
Intinya, jaman SD itu jaman yang paling fresh menurutku. Ini menurutku, bagaimana menurutmu? Ngek! Kelereng benda kecil yang memikatku. Ajegile. Aku selalu memainkan permainan ini dengan teman laki-laki. Anak perempuan yang main kelereng Cuma aku. Jangan tanya, apakah aku perempuan atau bukan? Jujur, aku perempuan. Sumfeh dah. Perempuan kece, unyuk, dan menggemaskan.
Sip! Aku hobi banget main kelereng. Terkadang, aku bermain di halaman rumahku atau di lapangan dekat rumahku. Tapi, kali ini, aku dan teman-teman bermain kelereng di halaman rumahku. Aku pasti menang. Aku kan jago main kelereng. Mulai dari yang biasa sampai yang aneh-aneh modelnya, aku jago. Hahaha. Sombong sedikit nggak apa-apa, kan Disini dilarang protes loh. Kalau protes, ntar kambing pak lurah bisa ngamuk, jadi, kalian diam saja. Baca saja sampai tuntas. Hohoho.
Aku asyik main dengan teman-temanku. Tiba-tiba mamaku memanggilku.
“Yola! Tidur siang!”
Sial. Aku kan mau main. Aku acuhkan panggilan mamaku. Aku terus bermain tanpa memerdulikan mama. Maaf, bukannya durhaka loh. Aku kan mau memenangkan permainan kali ini. Itung-itung menambah koleksi. Hohoho.
Mamaku tidak jera. Beliau tetap memanggilku dan menghampiriku. Ukh! Dengan terpaksa, aku mengikuti mama masuk ke rumah dan cuci kaki kemudian tidur siang. Berasa bayi. Aku yang males tidur siang, pura-pura tidur. Aha! Aku punya ide cemerlang. Ekekekek. Emang cerdas aku ini saat itu. *Menaikkan kacamata.
Aku beranjak dari tempat tidur. Aku mengendap-endap, menelusuri keadaan rumah. Aman. Bahagia sekali rasanya. Sukses keluar rumah. Aku melihat teman-temanku masih asyik main kelereng di halaman rumahku. Aku ikutan saja.
“Yola, kamu kan disuruh tidur siang,” ujar salah satu temanku.
“Males ah. Diam dong kamu. Jangan berisik,”
Akhirnya, tanpa banyak cingcong, kami melanjutkan permainan.
“Yola?” Ujar seseorang.
Aku menghentikan aktivitasku. Sepertinya aku pernah mendengar suara ini. Jangan bilang! Jangan bilang ini suara kakakku. Mampus! Aku menengok ke arah sumber suara. Ya, benar saja, aku melihat kakakku sambil tersenyum menyeringai. Hah? Bukan tampangnya yang jelek yang membuat aku takut, tapi, benda yang ada ditangannya. Bukan! Bukan pisau atau golok. Kakakku yang semafia itu kok. Tapi, ini lebih parah.
Kakakku memegang dua buah kotak nasi. Isinya koleksi kelerengku. Huaaah! Mau diapakan? Dia masuk ke rumah, aku mengikutinya dengan takut. Dia berhenti di depan sumur. Sebelum aku bicara, cemplung. Tangisku pecah. Semua kelerengku dimasukkan ke dalam sumur. Aku menangis. Benar-benar hancur hatiku.
Koleksi kelerengku sangat banyak. Mulai yang gompel atau bulukan sampai yang kece seperti mata kucing. Ada yang sangat kecil sampai yang sangat besar. Koleksi kelerengku yang ada di dua buah kotak nasi kini telah lenyap. Nangis sejadi-jadinya.
Seandainya, aku menuruti kata-kata mama. Hiks. Seandainya, aku tidur dan tidak bermain kelereng. Hiks. Momen yang sangat menyakitkan. Sudah ah, aku tidak kuat untuk meneruskan menulis lagi. Sekian. Aku mau menangis dulu. Wassalam.

| Free Bussines? |

0 komentar:

Posting Komentar