Pages



Rabu, 29 Februari 2012

Berbeda???


Malam ini seperti malam-malam biasanya, terlalu indah untuk di lewatkan bagi gadis cantik berambut panjang yang sedang menatap kemerlap bintang di balkon kamarnya. Tak terasa segala kenangan menghampiri dirinya. Kenangan dimana dia memiliki seseorang yang benar-benar ia cintai dan kini semua hanyalah menjadi sebuah kenangan semata. Sebuah peristiwa yang membuatnya takut melangkah.
Gadis berkacamata ini berperang dengan memorinya sendiri. Sungguh dia tidak ingin mengenang kejadian memilukan itu. Gadis itu membenamkan wajahnya dengan kedua tangannya. Tak terasa matanya sudah banjir dengan airmata. Satu per satu kejadian menghampiri dirinya, seolah-olah sedang menonton film DVD yang dapat mem-flashback setiap bagian cerita yang kita inginkan. Tapi, sungguh! Gadis itu tidak menginginkan bagian cerita masa lalunya di flashback seperti saat ini. Semakin deras airmata yang mengalir membasahi wajah dan tangannya. Tubuhnya sedikit terguncang yang diakibatkan oleh isakan tangisannya sendiri. Ditekuk kakinya dengan kedua tangan melingkar di kakinya dan wajahnya ia tundukkan sehingga kening dan lututnya saling bersentuhan. Tangisannya semakin dalam. Segala kenangan membentur mata hatinya sehingga dia merasa begitu pilu.
­­���
“Gloriaaaaa!!! Tungguin aku!” ujar seorang gadis pada gadis berkacamata.
Dengan seketika gadis berkacamata itu menghentikan langkahnya. Einska Gloria Pratiwi. Gadis berambut panjang dan menggunakan kacamata merupakan gadis yang periang dan ceria. Selalu tersenyum kepada siapa saja, begitu manis. Ditambah lagi lesung pipi yang menghiasi wajahnya semakin mempermanis dirinya. Bulu mata lentik membuat matanya yang agak besar jadi semakin indah.
“Tumben kamu nggak bareng Tommy,” ujar gadis –yang penampilannya seperti cowok– ketika sudah dapat menjajarkan langkahnya dengan Gloria. Badannya lebih tinggi dari Gloria dan rambutnya tidak sepanjang Gloria. Potongan rambutnya pendek, tapi, tidak membuat kecantikannya lenyap begitu saja. Gloria dan gadis ini sungguh berbeda. Gloria cenderung feminim sedangkan cewek ini dikenal sebagai cewek tomboy.
“Tommy bangunnya telat lagi. Kebiasaan tuh anak kalo udah nonton bola aku nya pasti dilupain. Eh, Like udah ngerjain PR belum? Kebiasaan kamu kan nggak pernah ngerjain PR. Ayo, ke kelas. Ngerjain PR sambil nungguin Tommy. Tommy bentar lagi sampe kok,” ujar Gloria menggandeng lengan Like –cewek tomboy– menuju kelas XI IPA 3.
Gloria dan Like menuju kelas sambil tertawa bersama. Kini Gloria sudah ada dalam rangkulan Like. Terkadang Like mengacak-acak rambut Gloria sehingga si empunya rambut langsung cemberut ngambek. Dijawilnya hidung Gloria dan Like berlari meninggalkan Gloria yang berusaha mengejar dia.
“Seru amat woy!” ujar seorang cowok.
“Tommy? Aaah, kamu akhirnya dateng juga. Makanya jangan nonton bola muluk geh. Aku kan jadi nggak di jemput,” ujar Gloria sambil melepaskan rangkulan Like dan bergelayutan pada lengan Tommy. Kekasihnya.
Ada tatapan cemburu terpancar di mata Like melihat kedua sejoli dihadapannya. Gloria dan Tommy tidak sadar bahwa Like masih berdiam diri di tempatnya dan tidak mencoba untuk menyusul keduanya. Tatapannya seakan menikam keduanya. Like kembali berjalan, tapi, tidak untuk menyusul kedua sohibnya melainkan ntah pergi kemana. Hanya sekedar menormalkan kembali perasaan yang bergejolak di dadanya.
���
“Like, tadi kemana kamu? Pelajaran pertama kok nggak masuk?” tanya Gloria khawatir.
“Nggak apa-apa kok. Aku tadi lagi nggak enak badan. Tapi, sekarang udah nggak kok,” ujar Like tersenyum manis pada Gloria. Dengan segera Gloria meletakkan tangannya dikening Like. Matanya yang jenih berputar seolah-olah berpikir apa yang terjadi pada Like kemudia ia benarkan kembali posisi kacamatanya yang sedikit merosot.
“Kamu sakit karena nggak ngerjain PR, iya kan?” tebak Gloria seolah-olah dia dokter yang merangkap menjadi seorang detektif. Like terbahak menanggapi lelucon Gloria.
Dicubitnya pipi Gloria yang menggemaskan. Tapi, segera ia lepaskan tangannya dari pipi Gloria karena Tommy sudah berada di samping mereka. Seperti biasa, Tommy merangkul Gloria tanpa peduli ada Like disitu. Like tau bahwa Tommy sungguh menyayangi gadis mungil itu dan sebaliknya. Gejolak di dadanya kembali hadir. Inikah yang dinamakan cemburu? Mengapa begitu menyiksa? Like menarik napas dan kemudian ia hembuskan perlahan mencoba bersikap biasa saja. Gloria dapat membaca keanehan yang tersirat dari dalam diri Like. Tapi, ia acuhkan dan tidak mencoba untuk bertanya.
���
Terlihat Like di dalam kamarnya sedang melamun. Ntah apa yang dia lamunin. Tatapan begitu kosong seperti ada yang ia pikiran. Sesuatu yang runyam. Tiba-tiba Like teriak. Dia sadar tentang apa yang ia rasa. Itu salah! Benar-benar salah! Seharusnya dia tidak mencintai pacar sohibnya sendiri. Rasa cemburu kembali bergejolak ketika terngiang Tommy merangkul Gloria sambil tertawa mesra. Itu membuat hatinya seperti disayat sembilu. Perih. Sesuatu yang lebih salah adalah seseorang yang ia cintai bukanlah Tommy. Melainkan Gloria!!!
Selama ini Like tidak pernah merasakan jatuh cinta pada lelaki. Pikir dia belum ada lelaki yang dapat meluluhkan hatinya. Dari sekian banyak lelaki yang menginginkannya menjadi kekasihnya tidak ada yang dipilih dan ketika dia jatuh cinta pertama kali, perasaan itu jatuh pada temannya sendiri. Bukan Tommy melainkan Gloria. Dia bertanya-tanya. Mengapa?? Mengapa yang ia cintai adalah Gloria? Dia rasanya ingin menghajar Tommy ketika Gloria dalam dekapan kekasihnya. Tapi, dia tidak dapat berbuat apa-apa. Dia pun yakin, Gloria tidak akan menerimanya sebagai kekasih walaupun keadaannya dia tidak berpacaran dengan Tommy.
Like tau cinta datang sebenarnya tidak terduga. Waktu yang tidak terduga bahkan dengan seseorang yang tidak terduga. Tapi, dia tidak menginginkan memiliki perasaan seperti ini pada sesama jenis. Dia tidak tau harus menyalahkan siapa akan keadaan ini. Jika ingin memilih dia akan memilih untuk tidak menyukai sesama jenis. Tapi, inilah dia. Tidak normal. Like menyadari bahwa dia adalah seorang lesbian. Dia ingin menolak rasa ini, tapi, semakin ditolak perasaan ini semakin besar. Ingin sekali Like memiliki Gloria dan menjadikannya sebagai kekasihnya.
���
Semakin hari semakin dalam pula apa yang Like rasa pada Gloria. Pagi ini dia melihat Gloria dan Tommy menghampirinya, mereka berdua makin hari makin klop aja dan mereka tidak sadar bahwa Like menahan rasa cemburu melihat pemandangan itu.
“Like liat deh, Tommy dan aku beli pena sama loh. Kemaren mau beli tiga, satunya buat kamu satu, tapi, tinggal dua disananya. Terpaksa, kami beli dua. Bagus kan?” ujar Gloria memamerkan pena barunya dalam dekapan Tommy.
“Halah, anak kecil ini mah mintanya geh pena begituan. Dikasih tas nggak mau,” protes Tommy.
“Ini tuh lucu tau. Huuh, kamu geh udah kedewasaan. Udah yok, masuk kelas,” ujar Gloria sambil menggandeng tangan Like. Like membalas genggaman tangan Gloria dengan erat dan membuat Gloria menatap Like. Sungguh, Like menginginkan dirinya lah yang merangkul Gloria saat ini. Bukan Tommy!!
“Eh, eh, eh, ke pantai yok. Udah lama kita nggak ke pantai. Itung-itung refreshing lah,” ajak Like kepada kedua sohibnya.
“Wah, boleh juga tuh. Mau ya Tom,” ujar Gloria menyetujui ajakan Like.
“Waduh, aku nggak bisa loh sayang. Laen waktu aja gimana Ke?”
“Ayolah Tommy. Hari ini aja sih. Yayayayaya,” rengek Gloria.
Tommy menimbang-nimbang antara menyetujui atau mendengar rengekan Gloria dan akhirnya Tommy menyetujui ajakan Like. Seketika Gloria memeluk Tommy di depan Like. Like ingin sekali melepaskan pelukan Gloria. Dia nggak tahan melihat ini semua. Tapi, ia mencoba menahan rasa cemburu yang berperang di dalam dirinya.
���
Gloria, Tommy, dan Like sudah berada di pantai. Hari ini pantai tidak ramai seperti di saat weekend. Jadi, mereka bisa puas maen disini dengan bebas. Mereka bertiga bermain air laut bersama. Gloria dan Tommy semakin lengket saja. Lagi-lagi mereka tidak sadar ada sepasang mata penuh dengan kecemburuan melihat kemesraan mereka. Gloria dan Tommy sedang asyik bermain di bibir pantai menikmati keindahan pantai yang dapat menghipnotis mereka berdua. Gloria dalam rangkulan Tommy dan tangan Gloria berada di pinggang Tommy. Pemandangan yang menyesakkan bagi Like.
Angin menerpa wajah mereka berdua dan sebagian rambut Gloria menutupi wajahnya. Segera Tommy menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangan Gloria. Tommy menatap mata Gloria sambil tersenyum. Gadis berada di depannya ini benar-benar sungguh manis. Ditatapnya dalam-dalam gadis kesayangannya ini. Di dekatkan wajahnya pada wajah Gloria sekejap Gloria menutup matanya menunggu sesuatu terjadi pada dirinya.
Gloria menunggu apa yang akan terjadi dengan mata tertutup. Jantungnya berdegup dengan cepat. Digenggamnya tangan Tommy dengan erat dan sedetik kemudian Tommy berteriak yang membuat Gloria terkejut dan membuka matanya kembali. Dilihatnya Like memukul Tommy dengan sebuat bongkahan batu yang besar dan memiliki permukaan yang tajam. Batu tersebut dibenturkan ke kepala Tommy. Seketika Tommy jatuh bersimpuh dan Gloria yang kaget akan kejadian ini mendekati Tommy yang sudah dipenuhi darah. Gloria menangis melihat kekasihnya.
“Kamu gila ya, Ke? Apa maksud kamu memukul Tommy pake batu segede itu? Sakit jiwa!!!” ujar Gloria geram sambil memeluk Tommy. Bajunya dipenuhi darah yang mengalir dari kepala Tommy.
“Iya! Aku gila! Aku tergila-gila sama kamu Glo! Aku mencintai kamu!!!” jelas Like.
Gloria dan Tommy terkejut mendengar pengakuan Like. Like selama ini menaruh hati pada Gloria.
“Aku nggak suka Tommy terlalu dekat dengan kamu! Yang pantes milikin kamu tuh bukan dia tapi aku! Ngerti Glo! Aku mencintai kamu!!!” ujar Like sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tas nya. Sebuah cutter!!
Gloria mencium maksud yang tidak enak ketika Like mengeluarkan cutter tajam itu. Diangkatnya Tommy yang sudah tidak kuat menopang tubuhnya sendiri. Didekapnya Tommy dalam pelukannya. Tommy benar-benar tidak dapat melakukan apa-apa. Like seperti orang kesetanan. Dia mencoba untuk menujah Tommy. Like dan Gloria berperang saling merebutkan Tommy. Gloria sebisa mungkin melindungi Tommy. Ketika Like melayangkan cutternya ke arah Tommy sekejap Gloria menarik Tommy sehingga lengan kanannya terluka.
“Sadar Ke!!! Aku nggak mungkin mencintai kamu! Aku nggak seperti kamu yang mencintai sesama jenis! Biarkan aku bersama Tommy!!! Jangan gila Ke!” teriak Gloria. Gloria benar-benar ingin melindungi Tommy. Dia tidak peduli apa pun yang akan terjadi pada dirinya. Like mengabaikan teriakan Gloria dan dia melukai kening Gloria dengan cutternya tersebut. Tanpa sadar, Gloria melepaskan Tommy dan memegangi keningnya yang terluka. Dengan leluasa Like menghujam tubuh Tommy dan sebisa mungkin Gloria melindungi Tommy. Tapi, apa daya sebuah cutter sudah menancap diperut Tommya. Gloria menangis di samping tubuh Tommy yang terkulai. Dia segera telpon orang tuanya dan orang tua Tommy. Tommy di bawa ke rumah sakit. Selama perjalanan ke rumah sakit, Tommy berada dalam pelukan Gloria dan tak henti-hentinya berkata bahwa dirinya sungguh mencintai Gloria. Gloria hanya bisa menangis. Sebelum Tommy benar-benar tidak terselamatkan. Dia berkata pada Gloria bahwa walaupun dia sudah pergi meninggalkan kekasih tercintanya, dia akan selalu ada di hati Gloria. Tommy sudah tidak bisa menahan semua rasa nyeri di sekujur tubuhnya, banyak darah yang keluar dan akhirnya dia meninggal ketika dalam perjalanan ke rumah sakit. Hari itu merupakan hari yang tragis bagi Gloria.
Seminggu setelah kejadian itu, Gloria dikabarkan bahwa Like meninggal di dalam penjara. Tekanan batinnya yang membuat dirinya melakukan hal seperti itu. Kekasih dan sahabatnya meninggal hanya berselang seminggu. Itu membuat Gloria down. Dan akhirnya, orang tua Gloria memutuskan untuk pindah rumah di luar kota. Orang tuanya tidak menginginkan Gloria semakin terpuruk. Meski sudah pindah pun, tidak mudah bagi Gloria untuk melupakan kejadian tragis seperti itu.
���
Gadis berkacamata itu terbangun dalam tidurnya. Ternyata tangisannya membuat dia ketiduran. Dia adalah Gloria. Sudah setahun dari kejadian memilukan itu. Gloria menghela napas dan menatap langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang. Malam ini membuat dirinya teringat pada peristiwa setahun yang lalu.
“Seharusnya aku tidak memaksa Tommy pergi ke pantai,” sesal Gloria.
Wajah Gloria diterpa angin malam. Gloria sadar, Tommy akan selalu ada dihatinya. Tidak akan pernah hilang Tommy dalam hatinya meski raga Tommy tidak dapat berada di samping Gloria. Gloria menghela napas dan masuk ke dalam kamarnya. Dia lihat foto Tommy yang tersenyum padanya dan dia pun ikut tersenyum. Tommy selaly dihatinya.
TAMAT

| Free Bussines? |

0 komentar:

Posting Komentar