Malam ini
seperti malam-malam biasanya, terlalu indah untuk di lewatkan bagi gadis cantik
berambut panjang yang sedang menatap kemerlap bintang di balkon kamarnya. Tak
terasa segala kenangan menghampiri dirinya. Kenangan dimana dia memiliki
seseorang yang benar-benar ia cintai dan kini semua hanyalah menjadi sebuah
kenangan semata. Sebuah peristiwa yang membuatnya takut melangkah.
Gadis
berkacamata ini berperang dengan memorinya sendiri. Sungguh dia tidak ingin
mengenang kejadian memilukan itu. Gadis itu membenamkan wajahnya dengan kedua
tangannya. Tak terasa matanya sudah banjir dengan airmata. Satu per satu
kejadian menghampiri dirinya, seolah-olah sedang menonton film DVD yang dapat
mem-flashback setiap bagian cerita yang kita inginkan. Tapi, sungguh! Gadis itu
tidak menginginkan bagian cerita masa lalunya di flashback seperti saat ini.
Semakin deras airmata yang mengalir membasahi wajah dan tangannya. Tubuhnya
sedikit terguncang yang diakibatkan oleh isakan tangisannya sendiri. Ditekuk
kakinya dengan kedua tangan melingkar di kakinya dan wajahnya ia tundukkan
sehingga kening dan lututnya saling bersentuhan. Tangisannya semakin dalam.
Segala kenangan membentur mata hatinya sehingga dia merasa begitu pilu.
���
“Gloriaaaaa!!!
Tungguin aku!” ujar seorang gadis pada gadis berkacamata.
Dengan seketika
gadis berkacamata itu menghentikan langkahnya. Einska Gloria Pratiwi. Gadis
berambut panjang dan menggunakan kacamata merupakan gadis yang periang dan
ceria. Selalu tersenyum kepada siapa saja, begitu manis. Ditambah lagi lesung
pipi yang menghiasi wajahnya semakin mempermanis dirinya. Bulu mata lentik
membuat matanya yang agak besar jadi semakin indah.
“Tumben kamu
nggak bareng Tommy,” ujar gadis –yang penampilannya seperti cowok– ketika sudah
dapat menjajarkan langkahnya dengan Gloria. Badannya lebih tinggi dari Gloria
dan rambutnya tidak sepanjang Gloria. Potongan rambutnya pendek, tapi, tidak
membuat kecantikannya lenyap begitu saja. Gloria dan gadis ini sungguh berbeda.
Gloria cenderung feminim sedangkan cewek ini dikenal sebagai cewek tomboy.
“Tommy bangunnya
telat lagi. Kebiasaan tuh anak kalo udah nonton bola aku nya pasti dilupain.
Eh, Like udah ngerjain PR belum? Kebiasaan kamu kan nggak pernah ngerjain PR. Ayo, ke kelas.
Ngerjain PR sambil nungguin Tommy. Tommy bentar lagi sampe kok,” ujar Gloria
menggandeng lengan Like –cewek tomboy– menuju kelas XI IPA 3.
Gloria dan Like
menuju kelas sambil tertawa bersama. Kini Gloria sudah ada dalam rangkulan
Like. Terkadang Like mengacak-acak rambut Gloria sehingga si empunya rambut
langsung cemberut ngambek. Dijawilnya hidung Gloria dan Like berlari
meninggalkan Gloria yang berusaha mengejar dia.
“Seru amat woy!”
ujar seorang cowok.
“Tommy? Aaah,
kamu akhirnya dateng juga. Makanya jangan nonton bola muluk geh. Aku kan jadi nggak di
jemput,” ujar Gloria sambil melepaskan rangkulan Like dan bergelayutan pada
lengan Tommy. Kekasihnya.
���
“Like, tadi
kemana kamu? Pelajaran pertama kok nggak masuk?” tanya Gloria khawatir.
“Nggak apa-apa
kok. Aku tadi lagi nggak enak badan. Tapi, sekarang udah nggak kok,” ujar Like
tersenyum manis pada Gloria. Dengan segera Gloria meletakkan tangannya dikening
Like. Matanya yang jenih berputar seolah-olah berpikir apa yang terjadi pada
Like kemudia ia benarkan kembali posisi kacamatanya yang sedikit merosot.
“Kamu sakit
karena nggak ngerjain PR, iya kan ?”
tebak Gloria seolah-olah dia dokter yang merangkap menjadi seorang detektif.
Like terbahak menanggapi lelucon Gloria.
Dicubitnya pipi
Gloria yang menggemaskan. Tapi, segera ia lepaskan tangannya dari pipi Gloria
karena Tommy sudah berada di samping mereka. Seperti biasa, Tommy merangkul
Gloria tanpa peduli ada Like disitu. Like tau bahwa Tommy sungguh menyayangi
gadis mungil itu dan sebaliknya. Gejolak di dadanya kembali hadir. Inikah yang
dinamakan cemburu? Mengapa begitu menyiksa? Like menarik napas dan kemudian ia
hembuskan perlahan mencoba bersikap biasa saja. Gloria dapat membaca keanehan
yang tersirat dari dalam diri Like. Tapi, ia acuhkan dan tidak mencoba untuk
bertanya.
���
Terlihat Like di
dalam kamarnya sedang melamun. Ntah apa yang dia lamunin. Tatapan begitu kosong
seperti ada yang ia pikiran. Sesuatu yang runyam. Tiba-tiba Like teriak. Dia
sadar tentang apa yang ia rasa. Itu salah! Benar-benar salah! Seharusnya dia tidak
mencintai pacar sohibnya sendiri. Rasa cemburu kembali bergejolak ketika
terngiang Tommy merangkul Gloria sambil tertawa mesra. Itu membuat hatinya
seperti disayat sembilu. Perih. Sesuatu yang lebih salah adalah seseorang yang
ia cintai bukanlah Tommy. Melainkan Gloria!!!
Selama ini Like
tidak pernah merasakan jatuh cinta pada lelaki. Pikir dia belum ada lelaki yang
dapat meluluhkan hatinya. Dari sekian banyak lelaki yang menginginkannya
menjadi kekasihnya tidak ada yang dipilih dan ketika dia jatuh cinta pertama
kali, perasaan itu jatuh pada temannya sendiri. Bukan Tommy melainkan Gloria.
Dia bertanya-tanya. Mengapa?? Mengapa yang ia cintai adalah Gloria? Dia rasanya
ingin menghajar Tommy ketika Gloria dalam dekapan kekasihnya. Tapi, dia tidak
dapat berbuat apa-apa. Dia pun yakin, Gloria tidak akan menerimanya sebagai
kekasih walaupun keadaannya dia tidak berpacaran dengan Tommy.
Like tau cinta
datang sebenarnya tidak terduga. Waktu yang tidak terduga bahkan dengan
seseorang yang tidak terduga. Tapi, dia tidak menginginkan memiliki perasaan
seperti ini pada sesama jenis. Dia tidak tau harus menyalahkan siapa akan keadaan
ini. Jika ingin memilih dia akan memilih untuk tidak menyukai sesama jenis.
Tapi, inilah dia. Tidak normal. Like menyadari bahwa dia adalah seorang
lesbian. Dia ingin menolak rasa ini, tapi, semakin ditolak perasaan ini semakin
besar. Ingin sekali Like memiliki Gloria dan menjadikannya sebagai kekasihnya.
���
Semakin hari
semakin dalam pula apa yang Like rasa pada Gloria. Pagi ini dia melihat Gloria
dan Tommy menghampirinya, mereka berdua makin hari makin klop aja dan mereka
tidak sadar bahwa Like menahan rasa cemburu melihat pemandangan itu.
“Like liat deh,
Tommy dan aku beli pena sama loh. Kemaren mau beli tiga, satunya buat kamu
satu, tapi, tinggal dua disananya. Terpaksa, kami beli dua. Bagus kan ?” ujar Gloria
memamerkan pena barunya dalam dekapan Tommy.
“Halah, anak
kecil ini mah mintanya geh pena begituan. Dikasih tas nggak mau,” protes Tommy.
“Ini tuh lucu
tau. Huuh, kamu geh udah kedewasaan. Udah yok, masuk kelas,” ujar Gloria sambil
menggandeng tangan Like. Like membalas genggaman tangan Gloria dengan erat dan
membuat Gloria menatap Like. Sungguh, Like menginginkan dirinya lah yang
merangkul Gloria saat ini. Bukan Tommy!!
“Eh, eh, eh, ke
pantai yok. Udah lama kita nggak ke pantai. Itung-itung refreshing lah,” ajak
Like kepada kedua sohibnya.
“Wah, boleh juga
tuh. Mau ya Tom,” ujar Gloria menyetujui ajakan Like.
“Waduh, aku
nggak bisa loh sayang. Laen waktu aja gimana Ke?”
“Ayolah Tommy.
Hari ini aja sih. Yayayayaya,” rengek Gloria.
Tommy
menimbang-nimbang antara menyetujui atau mendengar rengekan Gloria dan akhirnya
Tommy menyetujui ajakan Like. Seketika Gloria memeluk Tommy di depan Like. Like
ingin sekali melepaskan pelukan Gloria. Dia nggak tahan melihat ini semua.
Tapi, ia mencoba menahan rasa cemburu yang berperang di dalam dirinya.
���
Gloria, Tommy,
dan Like sudah berada di pantai. Hari ini pantai tidak ramai seperti di saat
weekend. Jadi, mereka bisa puas maen disini dengan bebas. Mereka bertiga
bermain air laut bersama. Gloria dan Tommy semakin lengket saja. Lagi-lagi
mereka tidak sadar ada sepasang mata penuh dengan kecemburuan melihat kemesraan
mereka. Gloria dan Tommy sedang asyik bermain di bibir pantai menikmati
keindahan pantai yang dapat menghipnotis mereka berdua. Gloria dalam rangkulan
Tommy dan tangan Gloria berada di pinggang Tommy. Pemandangan yang menyesakkan
bagi Like.
Angin menerpa
wajah mereka berdua dan sebagian rambut Gloria menutupi wajahnya. Segera Tommy
menyingkirkan rambut yang menghalangi pandangan Gloria. Tommy menatap mata
Gloria sambil tersenyum. Gadis berada di depannya ini benar-benar sungguh
manis. Ditatapnya dalam-dalam gadis kesayangannya ini. Di dekatkan wajahnya
pada wajah Gloria sekejap Gloria menutup matanya menunggu sesuatu terjadi pada
dirinya.
Gloria menunggu
apa yang akan terjadi dengan mata tertutup. Jantungnya berdegup dengan cepat.
Digenggamnya tangan Tommy dengan erat dan sedetik kemudian Tommy berteriak yang
membuat Gloria terkejut dan membuka matanya kembali. Dilihatnya Like memukul
Tommy dengan sebuat bongkahan batu yang besar dan memiliki permukaan yang
tajam. Batu tersebut dibenturkan ke kepala Tommy. Seketika Tommy jatuh
bersimpuh dan Gloria yang kaget akan kejadian ini mendekati Tommy yang sudah
dipenuhi darah. Gloria menangis melihat kekasihnya.
“Kamu gila ya,
Ke? Apa maksud kamu memukul Tommy pake batu segede itu? Sakit jiwa!!!” ujar
Gloria geram sambil memeluk Tommy. Bajunya dipenuhi darah yang mengalir dari
kepala Tommy.
“Iya! Aku gila!
Aku tergila-gila sama kamu Glo! Aku mencintai kamu!!!” jelas Like.
Gloria dan Tommy
terkejut mendengar pengakuan Like. Like selama ini menaruh hati pada Gloria.
“Aku nggak suka
Tommy terlalu dekat dengan kamu! Yang pantes milikin kamu tuh bukan dia tapi
aku! Ngerti Glo! Aku mencintai kamu!!!” ujar Like sambil mengeluarkan sesuatu
dari dalam tas nya. Sebuah cutter!!
Gloria mencium
maksud yang tidak enak ketika Like mengeluarkan cutter tajam itu. Diangkatnya
Tommy yang sudah tidak kuat menopang tubuhnya sendiri. Didekapnya Tommy dalam
pelukannya. Tommy benar-benar tidak dapat melakukan apa-apa. Like seperti orang
kesetanan. Dia mencoba untuk menujah Tommy. Like dan Gloria berperang saling
merebutkan Tommy. Gloria sebisa mungkin melindungi Tommy. Ketika Like
melayangkan cutternya ke arah Tommy sekejap Gloria menarik Tommy sehingga
lengan kanannya terluka.
“Sadar Ke!!! Aku
nggak mungkin mencintai kamu! Aku nggak seperti kamu yang mencintai sesama
jenis! Biarkan aku bersama Tommy!!! Jangan gila Ke!” teriak Gloria. Gloria
benar-benar ingin melindungi Tommy. Dia tidak peduli apa pun yang akan terjadi
pada dirinya. Like mengabaikan teriakan Gloria dan dia melukai kening Gloria
dengan cutternya tersebut. Tanpa sadar, Gloria melepaskan Tommy dan memegangi
keningnya yang terluka. Dengan leluasa Like menghujam tubuh Tommy dan sebisa
mungkin Gloria melindungi Tommy. Tapi, apa daya sebuah cutter sudah menancap
diperut Tommya. Gloria menangis di samping tubuh Tommy yang terkulai. Dia
segera telpon orang tuanya dan orang tua Tommy. Tommy di bawa ke rumah sakit.
Selama perjalanan ke rumah sakit, Tommy berada dalam pelukan Gloria dan tak
henti-hentinya berkata bahwa dirinya sungguh mencintai Gloria. Gloria hanya
bisa menangis. Sebelum Tommy benar-benar tidak terselamatkan. Dia berkata pada
Gloria bahwa walaupun dia sudah pergi meninggalkan kekasih tercintanya, dia
akan selalu ada di hati Gloria. Tommy sudah tidak bisa menahan semua rasa nyeri
di sekujur tubuhnya, banyak darah yang keluar dan akhirnya dia meninggal ketika
dalam perjalanan ke rumah sakit. Hari itu merupakan hari yang tragis bagi
Gloria.
Seminggu setelah
kejadian itu, Gloria dikabarkan bahwa Like meninggal di dalam penjara. Tekanan
batinnya yang membuat dirinya melakukan hal seperti itu. Kekasih dan sahabatnya
meninggal hanya berselang seminggu. Itu membuat Gloria down. Dan akhirnya,
orang tua Gloria memutuskan untuk pindah rumah di luar kota . Orang tuanya tidak menginginkan Gloria
semakin terpuruk. Meski sudah pindah pun, tidak mudah bagi Gloria untuk
melupakan kejadian tragis seperti itu.
���
Gadis
berkacamata itu terbangun dalam tidurnya. Ternyata tangisannya membuat dia
ketiduran. Dia adalah Gloria. Sudah setahun dari kejadian memilukan itu. Gloria
menghela napas dan menatap langit yang dipenuhi dengan bintang-bintang. Malam
ini membuat dirinya teringat pada peristiwa setahun yang lalu.
“Seharusnya aku
tidak memaksa Tommy pergi ke pantai,” sesal Gloria.
Wajah Gloria
diterpa angin malam. Gloria sadar, Tommy akan selalu ada dihatinya. Tidak akan
pernah hilang Tommy dalam hatinya meski raga Tommy tidak dapat berada di
samping Gloria. Gloria menghela napas dan masuk ke dalam kamarnya. Dia lihat
foto Tommy yang tersenyum padanya dan dia pun ikut tersenyum. Tommy selaly
dihatinya.
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar